Selasa, 17 Desember 2013

Rudi Pria Perkasa



USIA bukan merupakan penghalang bagi dua orang yang saling mencintai. Demikian pula halnya habis Rudy dan Yayuk. Rudy, remaja yang duduk di kelas 1 SMA dan baru berusia 16 tahun, saling mencintai habis Yayuk, janda kece berusia dua puluh dua tahun. Mereka saling berjanji tidak akan menyerahkan tubuh masing-masing kepada perempuan atau lelaki lain. Namun ternyata janji itu sulit ditepati, Yayuk menyerahkan tubuhnya kepada Jojo, rekan sekerjanya yang berusia 10 tahun, Dan kemudian terpaksa pula menyerahkan tubuhnya pada pak Kadir. Kepala bagiannya, habis pertimbangan kuatir Pak Kadir bertindak macam-macam yang mengganggu reputasi kerja Yayuk, jika kehendak lelaki itu tidak dipenuhi.Demikian pula dengan Rudy.
Perempuan kedua yang pernah dientotnya adalah Meti, janda kece yang tinggalnya lebih kurang tiga ratus meter dari rumahnya, Meti memang sudah lama menaruh perhatian pada Rudy. Suatu hari, waktu Rudy pulang sekolah dipanggilnya dengan alasan minta tolong memindahkan lemari. Yang terjadi sesudah memindahkan lemari, Rudy dan Meti tidur seranjang.
Perempuan ketiga yang dientot Rudy, adalah Asti, yang sebenarnya sudah punya suami, tetapi tak puas dengan suaminya. Asti berhubungan dengan Rudy, melalui perantaraan Meti.
Hari itu, setelah mengerjai Asti, sampai perempuan kece itu kepayahan, Rudy memindahkan sasarannya kepada Meti. Janda centil ini juga dikerjai sampai kepayahan. Lalu ganti Asti yang terangsang kembali, mencumbu kontol Rudy yang luar biasa. Disaat Asti sedang asyik, Meti juga terbangun dari tidurnya yang cuma beberapa saat. Meti yang sudah segar kembali, dan lalu Meti mendekati Asti yang sedang asyik menjilati dan mengulum-ngulum kontol Rudy.
“Asti! Udah dong! Aku juga kepingin!” ujar Meti sambil mengambil alih kontol yang semakin ngaceng itu.
Gantian kini Meti yang menjilati dan mengulum-ngulum kontol Rudy. Agaknya Asti masih juga belum puas. Jika Meti mengulum kepala kontolnya, maka Asti menjilati batangnya. Dan jika Meti menjilati batangnya, Asti mengulum-ngulum dan menggigit-gigit kepala kontolnya.
Karena kontolnya terus menerus dicumbu dua perempuan kece, apalagi yang mencumbu termasuk perempuan yang berpengalaman, mau tidak mau pertahanan Rudy goyah juga. Rudy berusaha bertahan agar dapat lebih lama. Namun pertahanannya semakin goyah juga, sampai akhirnya tibalah saat yang dinantikan kedua perempuan kece centil dan syarat pengalaman itu. Kepala kontol Rudy menyemprotkan cairan kenikmatan yang kental, putih dan licin sekali. Kedua perempuan keca itu berebutan, ber gantian menghisap dan mereguk cairan yang menyembur itu, sementara tangan Meti dengan giat mengocok pangkal kontol Rudy supaya cairan itu keluar sehabis-habisnya.
Banyak sekali cairan yang disemburkan oleh kepala kontol Rudy. Direguk habis oleh kedua perempuan itu. Lalu dengan puas, perempuan-perempuan kece itu menyudahi permainannya.
“Hmmh, enak sekali punyamu, Rudy!” ujar Meti.
“Pejuhmu gurih dan wangi” menambahkan Asti.
“Kereguk habis, supaya akupun memperoleh kekuatan dan keluarbiasaan seperti kamu!”.
Rudy tidak berkata apa-apa. Meti dan Asti membaringkan tubuhnya masing-masing di samping kiri dan kanan Rudy. Begitu Meti baru saja menelentang, Rudy bangun dari sikap berbaringnya. Asti kaget sekali ketika tiba-tiba Rudy menyergap dan menindihnya. Begitu cepatnya, sehingga Asti tak sempat lagi menghindar. Asti hanya menjerit:
“Auw! Rudy! Jangan aku! Meti saja! Meti lebih kuat dari pada aku!”
Namun Rudy tidak menghiraukan ucapan Asti. la dengan cepat menahan kedua paha Asti dengan kedua pahanya yang kukuh. Asti tidak dapat lagi berkutik. Selangkangannya terkangkang selebar-lebarnya. Dan Asti tak mampu lagi menolak masuknya kontol Rudy yang sangat luar biasa itu.
“Aduh, Rudy…!, Jangan diteruskan. Udah akh. Ampun! Cabut lagi, Rudy! Meti saja kamu kerjai”
“Nggak mau, akh! Aku kepingin kerjai Asti, kan barusan Asti kepingin jadi pacarku!” ujar Rudy yang menahan gerakannya, membiarkan kepala kemaluannya.
Tepat berada dimulut nonok Asti. Dengan kata lain Rudy membiarkan mulut nonok Asti mencekik leher kontolnya.
Asti hanya dapat berkelojotan tanpa mampu malepaskan diri.
“Aku barusan bohong, Rudy. Sungguh aku tobat, tidak mampu menghadapimu. Aku lemah. Oh, Rudy! Jangan kerjai aku. Aku tidak inqin jadi pacarmu!”
“Tanggung sih. Asti” ujar Rudy dengan tenang. “Habis, punyaku sudah keburu masuk, sih !”
“Cabut saja lagi, Rudy. Cabut saja. Aku…. aku…. aku…. akhh!” sekali lagi Asti menjerit kecil bilamana Rudy mendorong pantatnya, sehingga kepala dan batang kotol Rudy menggelosor masuk.
Asti mendesah-desah. Ia segera menyadari, bahwa biar bagaimana pun ia merintih, Rudy tidak akan mencabut kontolnya. Lagi-lagi Asti mengherani. Kontol yang barusan habis-habisan dikerjain dua perempuan manis, dan barusan menyemburkan cairan banyak sekali, masih saja mampu bertarung. Asti pasrah, belahan nonoknya ditusuk dan dijelajahi kontol Rudy.
Sementara itu Meti yang sudah naik spaning sejak barusan dia mengulum-ngulum kontol Rudy dengan gembira memberikan semangat pada Asti agar memberikan perlawanan berarti.
“Ayo, Asti lawan! Jangan biarkan Rudy seenaknya mempecundangi dirimu. Ayo Asti. Sedikit-sedikitnya, kamu harus lebih lama dibandingkan yang pertama!”.
Rupanya ada juga kegunaannya dorongan semangat dari Meti. Kali ini Asti dapat bertahan sedikit lebih lama. Berbeda beberapa menit sebelumnya, akhirnya menyemprotkan cairan kenikmatannya.
Seperti biasanya, Rudy terus menyerang habis-habisan. Asti terkulai pasrah membiarkan dirinya diperlakukan semau Rudy. Merintih pun percuma. Dan sebagaimana halnya Meti, karena terus-menerus dikerjain. Asti kembali mendapatkan tenaga baru untuk mengimbangi permainan Rudy, dengan tiba-tiba untuk kemudian sekali lagi mencapai puncak kenikmatan. Dibandingkan dengan Meti, agaknya perlawanan Asti masih belum memadai. Ini dapat dimaklumi, karena baru pertama kali inilah Asti menghadapi Rudy!
Akhirnya setelah Asti sama sekali tak berdaya, karena berkali-kali orgasme, Rudy memindahkan sasarannya kepada Meti perempuan centil gatel yang sudah percaya diri menerima Rudy dengan gembira. Ia menelentang sambil mengangkangkan kedua pahanya tanpa dipaksa. Bahkan ia sendirilah yang menggemgam dan menuntun serta meletakkan kepala kontol Rudy yang luar biasa ngacengnya itu pada mulut nonoknya dan msmberi komando.
“Ayo, Rudy sayang, tusuk, dong! Aku sudah siap!” Dan sejurus kemudian, bila Rudy mendorong pantatnya, Meti tersentak tubuhnya sambil lersendat:
“Ehg”
Agak kaget juga Meti menerima tusukan maut itu. Pada detik berikutnya permainan yang penuh dengan romantika inipun dimulai. Meti benar-benar sudah mampu mengimbangi permainan Rudy. Ia jadi ketagihan menerima hunjaman-hunjaman maut dari kontol yang perkasa ini.
“Rudy sayang….!” ujarnya sambil menciumi bibir Rudy dengan bernafsu dan punuh kasih sayang.
“Kamu jangan bosan-bosan kemari. Kapan saja aku siap menerima, sayang. Aku sanggup melayanimul”
Rudy membalas ciuman-ciuman Meti tak kurang hangatnya sambil tak henti- hantinya menghujamkan kontolnya.
“Tapi Mbak. Aku kuatir ada yang marah. Pacar Mbak, misalnya….” ujar Rudy tanpa mengurangi kesibukannya.
Meti tersenyum.
“Kau tak parlu kuatir sayang. Pacarku adalah lelaki-lelaki yang berduit. Tapi khusus kamu, aku tidak membutuhkan duitmu!”
“Habis, apa yang Mbak butuhkan dariku?” tanya Rudy polos,
“lni yang Mbak butuhkan. Tusukan mautmu!” ujar Meti. “Oukh. hmm…. enaknya! Tusukan yang begini belum pernah Mbak peroleh dari lelaki-lelaki lain. Ayoh, sayang. Terus! Hunjamkan kontolmu kuat-kuat. Sekarang punya Mbak sudah cukup kuat menerima kontolmu ini. Ssh… hmm, ya, begitu… ehg! Hmm… ehg! Sssh… ehg!” tersendat-sendat Meti mangimbangi permainan Rudy.
Sebagaimana biasa, Meti terlebih dulu naik, spaning. la terdesak hebat. Meski sudah berusaha memompa semangat dan tenaga sekuat kemampuannya, namun akhirnya jebol juga. Rudy terus juga menyerang menggebu-gebu. Dan kemudian barulah keduanya mencapai puncak kenikmatan. Rudy mencabut kontolnya dari belahan nonok Meti yang banjir itu, lalu rebah disamping tubuh si janda. Meti memeluknya dengan mesra.
“Rudy. Aku mencintaimu, sayang,” ujarnya seraya menciumi bibir Rudy berkali-kali.
Rudy cuma menarik napas panjang.
BESOKNYA. sekitar pukul sepuluh siang, Meti mendatangi rumah Asti, Asti baru saja selesai belanja dari tukang sayur yang lewat.
“Semalaman aku nggak dapat tidur,” ujar Asti sambil meletakkan belanjaannya di meja dapur. “Punyaku perih. Ih, bukan main kontolnya si Rudy itu. Aku nggak pernah berpikir, kok ada yang segede itu, ya?”
Meti ketawa. “Apa yang kau alami kualami, juga, Asti. Selama dua hari jalanku nggak benar. Seolah-olah kurasakan kontol Rudy masih nyangkut dinonokku!”
“lya! Aku juga! Brengsek juga itu orang. Kayanya, nonokku diganjal. Jadi jalanku ngegang. Uh! Suamiku tanya kenapa jalanku agak lain. Kubilang saja, pahaku keseleo. Padahal, sih… hi-hi-hi, kalau dia tahu apa yang terjadi sebenarnya, dapat pingsan dial!”
Meti jadi ikut tertawa mendengar ucapan Asti.
“Aku benar-benar kapok sama si Rudy. Amit-amit, deh!” ujar Asti lagi.
“Sekarang kamu bilang begitu, Asti. Tapi nanti, kamu akan ketagihan.”
“Ketagihan?!” Asti membelalakkan mataya.
“Bagaimana aku dapat ketagihan?! Kuulangi lagi ngewe dengan si Rudy, dapat-dapat nonokku robek oleh kontolnya!”
Meti ketawa lagi. “Aku juga berpikiran begitu mulanya, Asti. Tapi setelah Rudy memaksaku, eh…. anehnya, nonokku nggak sakit lagi Asti. Malah…. hi-hi, sory, nich. Enak gitu. Lebih enak dibandingkan dientot lelaki-lelaki lain.”
“Ah, Masya?!”
“Ee, nggak percaya?! Sesudah aku dientot buat kedua kali, eh, aku jadi kepingin lagi. Coba, deh. Kamu coba lagi kalau nggak ketagihan, iris kupingku!”
Asti berpikir sesaat. Timbul keinginannya untuk mencoba lagi seperti yang disarankan tetangganya.
“Tapi nonokku masih perih tuh!” ujar Asti sambil meraba-raba selangkangannya.
“Ya, jangan sekarang. Tunggu saja dua tiga hari lagi. Sampai perihmu hilang, okey?”
“Kita lihat saja nanti,”
Tapi ternyata janji dua tiga hari lagi itu mulur sampai seminggu, berhubung Meti dan Asti sama-sama punya kesibukan yang menyita waktu. Setelah seminggu berlalu, barulah keduanya punya kesempatan. Siang itu sepulang sekolah Meti mengajak Rudy untuk mampir dirumahnya. Dan Rudy yang sudah seminggu tidak tersalurkan nafsunya menyambut gembira ajakan tersebut. Sambil merangkul tubuh bahenol Meti, Rudy pun memasuki rumah Meti.“Mbak kangen sama kamu, Rud!” ujar Meti setelah Rudy masuk kedalam rumahnya.
Rudy senyum-senyum sambil duduk dikursi ruang tamu.
“Sama Mbak. Aku juga kangen.” ujar Rudy.
“Yang bener Rud. Kamu kangen sama aku atau Meti?” sahut Asti yang keluar dari kamar Meti.
Mendengar suara tersebut Rudy terkejut ternyata di rumah tersebut selain Mbak Meti ada Mbak Asti juga. Sungguh suatu kejutan bagi Rudy. Setelah seminggu tidak ngentot, siang ini dia dapat melampiaskan nafsunya tersebut bahkan dengan dua orang perempuan sekaligus yang keduanya sama-sama cantik dan sama-sama mempunyai tubuh yang aduhai yang bisa membangkitkan nafsu setiap pria yang memandangnya. Maka kemudian Rudypun menjawab pertanyaan Asti,
“Kangen dua-duanya” jawab Rudy.
“Rud, sekarang kamu jawab secara jujur. Selama kamu entoti aku dan Asti, mana yang lebih enak?” tanya Meti memancing, sambil menggelendot manja pada Rudy.
“Secara jujur nikh, Mbak. Mbak Meti sama Mbak Asti sama enaknya sih! Mbak berdua membuat Rudy ketagihan” jawab Rudy.
“Terang saja dia bilang sama enaknya, Met. Soalnya kamu nanyanya di depanku. Coba kalau nggak ada aku, pasti dia akan jawab lebih enak kamu!” potong Asti sambil menjewer kuping Rudy. “Rudy kan ada maunya tuh. Supaya dia bisa entoti kita berdua!”
Rudy mengaduh-aduh lantaran kupingnya dijewer Asti kelewat keras.
“Ampun Mbak. Ampuuun! Memang aku ada maunya. Tapi apa yang kubilang barusan, jujur, kok. Mbak Meti dan Mbak Asti nonoknya sama enaknya, kok. Biarpun nggak di depan Mbak Asti atau Mbak Meti, aku tetap jawab begitu. Nonok Mbak berdua bikin Rudy ketagihan”
“Benar begitu, Rud!”
“lya….. Mbak!”
Asti dan Meti saling lirik sambil sama-sama tersenyum penuh arti, tiba-tiba.
“Rud, ayo kita ulangi seperti yang lalu, Rud. Nonokku sudah gatel pingin digaruk kontolmu yang gede itu.” ujar Asti sambil melepaskan pakaian.
Rudy tentu saja menyambut gembira. Meti pun melepaskan pakaiannya. Setelah keduanya bugil, lalu keduanya dengan tak sabar melepaskan pakaian Rudy. Dan melihat tubuh montok kedua perempuan yang sudah bugil itu, Rudy pun mulai naik birahinya dan langsung terangsang.
“Siapa dulu nikh?” tanya Rudy.
“Aku!” kata Meti sambil memeluk erat tubuh Rudy dan Rudy pun kemudian mengangkat tubuh montok Meti dan dibawanya kedalam kamar tidur Meti yang diikuti juga oleh Asti. Tubuh montok Meti dibaringkannya ke atas tempat tidur. Lalu Rudy mulai menggerayangi tubuh Meti. Dirabanya bagian-bagian yang sensitip. Mulai dari kedua susunya yang mengkal indah hingga nonoknya yang berjembut lebat itu. Sambil mengenyot kedua pentil susu Meti secara bergantian, tangan Rudy mencolok-colok lubang nonoknya dan sesekali itilnya diusap-usap dengan jempolnya.
“Oh… oh… entoti aku Rudy…. oh aku… aku…. nggak kuat lagi, entoti aku Rud, uuuuhhh….” Meti menggeliat-geliat menikmati setiap rabaan dan elusan tangan Rudy yang makin liar pada nonoknya.
Rudy terus menggumuli tubuh montok Meti yang tidak henti-hentinya mengerang dan mengeluh.
“Ayo kita ngewe Rud…. uh… cepat, aku… aku sudah ingin merasakan tusukan kontolmu Rudy” Meti mendesah-desah,
“Jangan kuatir Mbak, aku akan membuat Mbak puas hari ini….” kata Rudy sambil terus menyedot dan mempermainkan pentil susu Meti yang berwarna hitam dan besar itu dalam mulutnya.
Rudy menjilat dan menyedot pentil susu Meti yang kiri kemudian berpindah ke pentil susu yang kanan bergantian. Tubuh Meti terkejang-kejang seperti orang kena setrum listrik sementara pinggulnya berputar-putar. Tangannya pun mulai liar mengocok kontol Rudy yang mulai ngaceng.
“Uuuhhh… Rud, besar sekali kontolmu! Uh… enak kalau masuk kedalam nonokku… ayo cepat tusuk aku Rud….. ayo… hhhhhh…., uuuggggh…..” Napas Meti panas dan memburu hebat.
Dari susu kini jilatan Rudy mulai beralih kebawah. Kini Rudy beralih menjilati perut Meti, kemudian turun ke arah selangkangan Meti dan akhirnya sampai ke nonok Meti yang berjembut hitam lebat. Nonok Meti tampak sudah basah berkilat akibat lendir birahinya yang keluar dari nonoknya. Dengan kedua tangannya Rudy mulai menyibakkan bulu-bulu jembut Meti yang menutupi lubang nonok Meti dan dengan pelan tapi pasti dia mulai mendekatkan wajahnya pada nonok Meti. Seolah tak sabar pingin segera merasakan sensasi lidah Rudy pada nonoknya, Meti menekan kepala Rudy seolah-olah memberi perintah agar Rudy segera mulai menjilati nonoknya. Dalam keadaan seperti itu, Rudy dapat merasakan bau nonok Meti yang sudah basah oleh lendir birahinya dan Rudy pun dengan bernafsu mulai menjilati nonok Meti dan Rudy pun merasakan kini kontolnya makin ngaceng.
“Enak Rud?” tanya Meti lirih sambil melihat lidah Rudy menjilati nonoknya.
“He eh Mbak… enak dan bau nonok Mbak bikin Rudy jadi tambah terangsang” kata Rudy sambil lidahnya terus menjilati setiap belahan nonok Meti.
Meti semakin mendorong kepala Rudy kearah belahan nonoknya sehingga kepala Rudy semakin terjepit di kedua pahanya.
“Ooooooo… Rud, terus jilati nonokku Rud…. ooooohhhhh.., terus… terus…. sedot, iya sedot…. aakkkhh it…….it…. itilku!!! Oooh…. sedot iiiitilku Rud, ooh…. enak… ya, ya jilati lendirku Rud, jilat yang bersih Rud…… aaaakkkhhh…..”
Rudy semakin membabi buta memburu lendir yang keluar dari nonok Meti dan dengan bibir dan lidahnya lendir tersebut dijilat dan disedot kedalam mulutnya. Rasanya asin dan agak hangat. Dijilat habis lendir tersebut dan sesekali dia kenyot dan jilat itil Meti yang sudah sangat bengkak akibat nafsunya yang semakin memuncak. Saat itilnya dikenyot Rudy, Meti pun melolong dan tubuhnya menggelepar-gelepar seperti orang sekarat menahan birahinya yang sedang dipermainkan oleh Rudy. Namun Rudy tak menghiraukannya, dia terus mengerjai nonok dan itil Meti dengan bibir dan lidahnya.
Meti semakin tidak tahan diperlakukan seperti itu oleh Rudy, dan dengan cepat dia merubah posisi sehingga dia kini berada di atas Rudy. Meti mengulek nonoknya dimulut Rudy,
“Ruuuuud…… aku nggak kuat lagi!!! Teruuussss… oh… oh… oh… Ruuud…” Meti menghujamkan nonoknya ke wajah Rudy dan memutar-mutar pinggulnya.
Rudy pun menyambut gerakan Meti dengan menjulurkan lidahnya dan lidahnya yang dikeraskan tersebut mirip seperti kontol kecil yang menerobos keluar masuk dalam liang nonok Meti yang membanjir itu. Lendir yang keluar dari nonok Meti banyak sekali sampai berjatuhan membasahi wajah Rudy. Dan tubuh Rudy pun menjadi panas dingin merasakan sensasi dari adegan ini.
“Aduh Rud… enak sekaliiiii…. sshhhh…. oooohhhh…” Meti terus meracau sambil terus menggosok-gosokkan nonoknya ke mulut Rudy dan tampak Rudy pun makin rakus menjilati dan menyedot-nyedot nonok yang hangat dan basah itu.
Sementara itu Asti yang sedari tadi melihat pergumulan Meti dan Rudy tersebut, menjadi semakin terangsang birahinya. Asti melihat kontol Rudy yang ngaceng itu nganggur, maka dengan segera dia mulai mengemut batang kontol yang gede dan panjang itu. Segera Rudy pun merasakan kontolnya mulai menerobos mulut Asti dan dirasakan lidah Asti menjalar diseluruh kontolnya.
“Ouhhh….. nikmat banget Mbak Asti, terusin isep yang kuat kontolku Mbak…” desah Rudy sambil terus mengerjai nonok Meti.
Asti makin asik mengulum kontol Rudy dengan ganasnya sambil tangannya memainkan biji pelirnya.
“Ouhh… Mbak Asti enak banget, terus… kocok terus kontolku pake mulut Mbak”, Rudy mendesah kembali merasakan nikmatnya mulut Asti pada kontolnya.
Asti pun melanjutkan mengulum kontol Rudy. Tengah asyik-asyiknya mereka bertiga bergumul, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Ternyata pintu kamar tidak terkunci dan seseorang telah berdiri diambang pintu yang terbuka.
“Hah…!!!” orang tersebut berdesah kaget. Mulutnya ternganga.
Asti, Meti dan Rudy tidak kurang kagetnya.
“Heni…!” Asti menyebut nama perempuan yang berdiri di ambang pintu itu.
“Kalian sedang… ngen…?!” Heni tidak melanjutkan ucapannya.
Seperti dikomando, Meti dan Asti melompat dari tempat tidur, bersama-sama menarik lengan Heni ke dalam kamar dan kemudian Meti mengunci pintu kamar tersebut.
“Ayo Hen, kamu mesti ikut berpesta bersama kami!” ujar Meti.
Lalu Meti dan Asti membukai pakaian Heni. Heni meronta-ronta.
“He?! Kalian gila?” serunya.
“Aaah, ayolah Hen. Kamu rugi kalau tidak ikut barpesta dengan kami. Rugi kalau tidak ikut merasakan kontol super ini” ujar Meti sambil mencopoti BHnya sementara Asti membukai CDnya.
Lalu Meti memberi komando pada Rudy, “Ayo, Rudy! Kamu entot dulu teman kami ini!”
Rudy tidak perlu dikomando dua kali. la segera mengangkat tubuh bahenol Heni ke atas tempat tidur. Heni meronta-ronta. Tapi akhimya tak berdaya karena Meti dan Asti menekan lengan-lengannya kanan kiri ke atas kasur, sedangkan Rudy menahan kedua pahanya dengan kedua pahanya sendiri yang kekar dan berbulu lebat.
“Ssshh… hmm,” Heni mengagelinjang-gelinjang bila tangan Rudy mulai menggerayangi tubuhnya yang mulus.
Diciuminya ketiak Heni yang berbulu lebat dan seketika Rudy mencium bau yang merangsang. Diremas-remasnya sepasang susunya yang putih montok dengan pentilnya yang tegak menantang kemerahan, Heni mulai merasakan kenikmatan sentuhan-sentuhan yang dilakukan oleh Rudy. Apalagi jika Rudy mulai menggosok-gosokkan kontolnya yang besar dan panjang itu ke pahanya.
Heni menjadi tambah terangsang saat jari-jari tangan Rudy mulai menggosok-gosok belahan nonoknya.
“Uf! Aikh! Sssh…., gila! Hmmh… Oukh! Ssh…!” ia mendesah-desah bilamana nonoknya dikobel-kobel jari-jari tangan Rudy.
“Aku… aku… paling nggak tahan kalau nonokku sudah dimainin. Ssssssh… Oukh… mm, enakss…!”
Sejenak kemudian sambil menekan paha Heni dengan kedua tangannya, Rudy mengamati keadaan ditengah selangkangan Heni. Tampak jembut Heni hitam dan super lebat sehingga menutupi lubang nonoknya. Dan ketika bulu-bulu jembutnya disibakkan, maka tampak nonok Heni yang berbentuk elips. Dibandingkan dengan nonok Meti dan Asti, nonok Heni ini agak mumbul ke atas. Garis belahan nonoknya pun lebih panjang. Dan yang bikin Rudy tambah nafsu adalah lubang nonok Heni. Kondisi lubang nonok yang merah itu mulai basah dan ketika jari tangannya mencoba dimasukkan kedalam lubang itu, terasa jarinya seperti dijepit dan disedot oleh lubang itu. Seketika Rudy membayangkan kenikmatan yang akan diperolehnya jika kontolnya nanti masuk ke dalam lubang yang basah dan hangat.
“Ayo, Rud! Tusuk nonok Heni dengan kontolmu. Heni sudah kepingin banget tuh!” ujar Meti sambil terus menekan lengan Heni.
“Biar si Heni juga ikut merasakan kontolmu Rud. Ayo buruan tusuk nonoknya dengan kontolmu!” ujar Asti.
Rudy menggenggam kontol besarnya. Kemudian digosok-gosokkannya kepala kontolnya yang sudah sangat bengkak itu ke itil dan belahan nonok Heni yang sudah basah dan mengkilat oleh lendir nonoknya pertanda dia sudah terangsang. Heni menelan ludah berkali-kali menunggu tusukan kontol Rudy yang gede tersebut. Lalu Rudy menempatkan kepala kontolnya tepat di mulut nonok Heni yang sudah mekar siap menerima tusukan dari kontolnya.
Kemudian Rudy mulai menekan pantatnya sehingga kontolnya melesak masuk kedalam lubang nonok Heni.”Ehg…..!” tubuh Heni tersentak keatas bilamana kontol yang bukan main besar dan panjangnya itu melesak ke dalam lubang nonoknya yang sempit.
Sejenak mata Heni terbelalak karena kaget. Meti dan Asti berpandangan sambil tersenyum.
Lalu Asti bertanya. “Gimana Hen?”
“Ampun, As! Gede banget kontolnya!… Ukh’” Heni memejamkan matanya.
Rudy mendorong lagi kontolnya semakin melesak ke dalam nonok Heni. Tubuh Heni tersendat-sendat lagi.
“Gimana, Rud?” kali ini Meti yang bertanya pada Rudy.
“Enak Mbak, nonok Mbak Heni hangat dan menggigit!” ujar Rudy seraya mendesah-desah.
Secara jujur, Rudy harus mengakui, bahwa nonok Heni lebih nikmat ketimbang nonok Meti dan Asti. Nonok Heni lebih hangat dan menggigit. Dinding-dinding nonok Heni menjepit erat bagaikan melekat di batang kontol Rudy yang besar dan panjang.
“Aduuuuh……, ampuuun! Sssaaa… kitttsss! Rasanya nonokku penuh” Heni merintih-rintih sambil kepalanya oleng kekiri dan kekanan.
“Terusin, Rud! Ayo tancap! Sodok terusssss……….” ujar Heni memberi komando.
Rudy memaju mundurkan kontolnya di nonok Heni dengan pelan dan penuh perasaaan meresapi jepitan dan empotan dinding-dinding nonok Heni yang bagaikan hidup memijit-mijit batang dan kepala kontolnya.
Keluar masuknya kontol Rudy benar-benar merupakan pemandangan yang merangsang. Ketika kontol yang besar dan panjang itu ditusukkan kedalam nonok Heni, maka mulut nonok Heni melesak kedalam, menjadi kempot. Sedangkan ketika kontol tersebut di tarik dari dalam nonok Heni sampai sebatas lehernya, maka mulut nonok Heni ikut tertarik ke luar, menjadi monyong.
“Aduuuh….. Rud! Sssaakiittss….! Mmm… ammpunn, Rud…! Baru kali ini nonokku merasakan dientot kontol yang segede dan sepanjang ini” mulut Heni berkali-kali bilang sakit dan meminta-minta ampun, namun pinggang, pinggul dan bokongnya bergoyang memutar, mengimbangi keluar-masuknya kontol Rudy.
Dan agaknya. Terlihat oleh Meti dan Asti bahwa Heni mulai menikmati dientot oleh Rudy sehingga Meti dan Asti melepaskan pegangan pada kedua lengan Heni. Begitu lengan-lengannya bebas dari pegangan Meti dan Asti, Heni pun mendekap erat tubuh Rudy. Terhadap Heni, Rudy agak heran juga. Heni berbeda dengan Meti dan Asti. Walaupun mulutnya terus menerus bilang sakit, namun ternyata mampu mengimbangi serangan-serangannya. Mungkin benar kata Heni bahwa dirinya belum pernah merasakan kontol yang segede dan sepanjang kontolnya dan terasa pula oleh Rudy betapa masih sempitnya nonok Heni. Ini mungkin yang menyebabkan Heni berkali-kali bilang sakit namun begitu dia merasakan gesekan batang kontol Rudy menggesek dinding-dinding nonoknya, Heni pun merintih nikmat.
“Aduuuuuh….. Rud… terus Rud…..” kata Heni terputus-putus
“Kalau sakit kontolnya dicabut ya?!” ujar Rudy sambil bersikap hendak mencabut kontolnya.
“Jangan… Rud!” ujar Heni sambil memeluk Rudy lebih erat, kuatir Rudy benar-benar mencabut kontolnya.
“Habis, Mbak Heni aduh-aduh terus sih…..!” kata Rudy.
Terasa oleh Rudy nonok Heni lebih enak dibanding nonok Meti dan Asti. Maka Rudy jadi senang sekali dan lebih bersemangat menghujam-hujamkan kontolnya itu kedalam nonok Heni. Mata Heni sebentar terpejam sebentar terbuka menikmati tusukan kontol Rudy yang besar dan panjang itu.
“Mbak benar-benar sakit, ya?!” tanya Rudy yang penasaran kepingin tahu melihat ekspresi wajah Heni. “Kucabut aja kontolku ya???” ujar Rudy lagi.
“Jangan, Rud. Jangan… jangan dicabut. Sakit tapi ssshhh… enaaak. Ayo tancap saja terus Rud! Tekan yang kuat! Sssh… akh!” Heni melepaskan napasnya tiap Rudy menekan masuk kontolnya yang luar biasa panjang dan besar itu.
Asti dan Meti berpandangan lagi. Lalu sama-sama tersenyum lagi. Keduanya berpikiran sama.
“Brengsek juga si Heni. Kupikir, dia akan kelojotan dan pingsan kepayahan. Eh, nggak tahunya, dia malah keenakan! Huh!”
Asti yang iseng mengintip dari arah pantat Rudy. Menyaksikan pemandangan keluar-masuknya kontol Rudy di belahan nonok Heni membuat ia jadi terangsang. Lebih-lebih menyaksikan goyangan bokong Heni yang begitu erotis dan mendengar desahan dan erangan yang keluar dari mulut Heni. Ternyata Heni yang diperkirakannya seorang perempuan pendiam, ternyata lebih berpengalaman daripada dirinya. Baru saja Asti mencari akal, bagaimana caranya melampiaskan nafsunya yang tertahan itu, Meti telah mendahuluinya. Meti mengangsurkan selangkangannya ke wajah Rudy yang sedang asyik mengentot tubuh Heni. Rudy mengerti apa yang diingini Meti. Perempun itu sedang konak dan ingin agar nonoknya dicumbui.
Rudy mencabut kontolnya dari dalam nonok Heni. Langsung Heni protes karena dia baru enak-enaknya,
“Rudy… kok dicabut sih… kontolnya… lagi tanggung nih…!
“Sebentar mbak, aku ingin mbak yang diatas. Kasihan tuh mbak Meti dan mbak Asti…” kata Rudy sambil merebahkan dirinya sehingga posisinya jadi menelentang dibawah,
“Mbak Meti sudah konak tuh…. Biar Rudy jilati dulu nonoknya yang sudah gatel pingin dientot… sambil menunggu giliran” sambung Rudy.
Kemudian Heni memegang kontol Rudy dan sekejap kemudian “Sleeeeb….. sleeeeb…” kontol Rudy telah melesak kedalam nonoknya.
Heni dengan bersemangat memacu tubuhnya diatas Rudy dan sesekali ia memutar-mutar pantatnya.
“Uuuuufh… akhhhhh… eeeessst” seru Rudy dengan suara serak parau, sambil tangannya menarik pantat Meti sehingga belahan nonoknya tepat diatas mulutnya.
Lalu kedua tangannya menarik bibir-bibir nonok Meti kekiri dan kekanan, sehingga tampaklah bagian dalam nonoknya yang sudah basah, lengkap dengan lubang nonok dan itilnya yang nyempil disudut pertemuan atas dua bibir nonoknya. Pemandangan yang indah dan kesempatan baik itu tentu saja tidak dilewatkan begitu saja oleh Rudy. Hidungnya segera saja dibenamkam didalam belahan nonok Meti yang sudah benar-benar mekar itu. Meti mendasah-desah seraya meliuk-liukkan pinggangnya. Dan ia makin menekankan bokongnya dan menggosok-gosokkan nonoknya ke wajah Rudy.
“Rudy….. ouhh Rudy….. ayo jilati nonokku sayang…. ouh sshh… aku eeennak…” kata Meti sambil terus merintih.
“Hmm..” Rudy bergumam sambil terus menciumi nonok Meti.
Perlahan namun pasti, akhirnya semakin menyeruaklah bau khas yang dikeluarkan dan ditebarkan oleh lendir yang mulai keluar dari nonok Meti itu.
Kedua paha Meti terbuka maksimal, jadi bentuk nonoknya merekah merah menambah nafsu birahi Rudy. Sedikit demi sedikit Rudy terus menjilati kebasahan yang melekat di bibir nonok Meti. Semakin lebar Meti membuka pahanya, sehingga semakin terkuaklah bibir luar nonok Meti memperlihatkan lubang yang mulai menganga yang di atas pucuk kemaluan itu itilnya bertengger dengan indahnya seolah bergetar tak sabar menunggu keliaran dari lidah dan mulut Rudy.
Dan, “Ouhh Rud… Yahh… esstthh… Ayo terusss sayanghhhh…! Jilat itilnya sayanghhh…” Meti terus meliuk-liukkan pinggangnya. “Ya… ya…, gitu. Sssshhhh… akh! Mmmm enaaaakkkkk… Rud! Terussss, Rud! Oukh enaaaaaakkk… bangetttssss… Rud!!!” dari mulut Meti pecah rintihan keras begitu lidah Rudy menjelajahi bagian dalam lubang nonoknya, dan mengenyot itil yang sedari tadi mengharapkannya.
Setiap milimeter apa yang ada di liang nonok Meti tidak ada yang terlewati Rudy jilati dan terus dijilati. Meti tambah kelonjotan saat lidah Rudy menerobos masuk ke dalam lubang nonoknya dan menjilati itil yang ada di dalam sana. Lalu kembali lidah Rudy menjilati bibir bagian dalam nonoknya terus ke atas sampai menyentuh itilnya. Ada 5 menit Rudy memainkan itilnya. Sementara erangan Meti makin keras dan tubuhnya semakin bergetar hebat. Rudy pun mengimbanginya dengan mulai menggigit-gigit kecil bibir nonoknya dengan bibir dan giginya.
“Ruuuudddd… kamu hebat Sayang… ouuhh… terus… ouuff… Rudy. Ssshh… yaahh… teruss… Sayang..”
Kembali ke itil Meti, bibir Rudy mulai menghisap itil Meti di dalam mulutnya, sambil diemut-emut seperti layaknya ngemut permen. Itil yang ada di dalam mulut Rudy itu diemut dengan lembut sementara lidahnya memainkannya di dalam nonok Meti.
“Yahh teruss… hisap itilku…!!! Ouuff… ssshhh… yang kuat Rud. Terus… yahh terus… oouuhh Rudy… aku belum pernah merasakan jiltan seenak ini. Aduuhh… pintar banget sih kamu Rud… Ooohhhh… Mmmmmm…” rintih Meti yang seperti memberi semangat buat Rudy untuk terus menjilati dan menghisap itilnya lebih kuat.
Tubuh Meti berkelonjotan ke sana ke mari, sementara jari-jarinya menjambak rambut Rudy, dan lidah Rudy pun makin ganas dan liar menghisap dan mengemut itilnya, tiba-tiba,
“Sruutt… sruutt… gleekk… sruutt… sruutt…” mulut Rudy dibanjiri lendir yang begitu banyaknya yang keluar dari nonok Meti.
Rudy tidak mampu lagi menghindarinya karena Meti bukan lagi menarik-narik rambut Rudy, tapi membenamkan wajah Rudy kuat-kuat di lubang nonoknya dengan menekan kuat kepala Rudy pada selangkangannya, sementara kedua pahanya menjepit kuat kepala Rudy.
“Teruss… Sayang… aahh… Oouuhh… eeeesshh… nikmat sekali… esstt.. ouuff…”
“Sreett… seeerr… seerrtt… glekk. seerr… seerr… gllekk..” mau tidak mau lendir yang disemburkan dari lubang nonok Meti itu ditelan oleh Rudy, karena kepala Rudy oleh Meti dibenamkan kuat-kuat di liang nonoknya serta dijepit dengan kuat oleh kedua pahanya.
Entah sudah berapa kali Meti menyemburkan lendir kenikmatan yang keluar membanjiri masuk ke dalam mulut Rudy. Dan entah berapa kali Rudy menelannya. Karena setiap Rudy mengisap itil Meti, saat itu pula lendir nonoknya menyembur kuat masuk ke dalam mulut Rudy dan terus masuk ke dalam kerongkongan Rudy yang berarti otomatis tertelan oleh Rudy.
Tapi ternyata Rudy begitu menyukai rasa lendir yang dikeluarkan oleh nonok Meti tersebut, Rudy jadi malah tambah bernafsu untuk menghisap habis lendir yang terus membanjiri di dalam mulutnya.
Aroma lendir yang keluar dari nonok Meti ini menambah gairahnya untuk tambah menyodok-nyodokkan kontolnya kedalam nonok Heni dan hal ini diimbangi Heni dengan menaik turunkan pantatnya sehingga kontol Rudy keluar masuk nonoknya.
“Ohh…, enakk sayang…, sodok yang kuat sayang…!” desah Heni.
Setelah mendapatkan orgasmenya, perlahan-lahan tubuh Meti melemas dan jepitan pahanya pada kepala Rudy pun mengendor kemudian dia merebahkan tubuhnya di samping tubuh Rudy. Dengan kontol masih tetap menancap di dalam nonok Heni, Rudy membalikkan posisi sehingga kini tubuhnya diatas tubuh Heni. Kemudian dengan bersemangat dia menghujamkan dalam-dalam kontolnya kedalam nonok Heni. Dan Heni pun menyambut dengan mengangkat pantatnya sambil menggoyangkan bokongnya.
Sementara itu Asti yang menyaksikan pergumulan antara Rudy dan Heni sama sekali tak menyangka bahwa Heni bukan saja dapat mengimbangi permainan Rudy tapi juga dapat mengimbangi kekuatan Rudy.
“Kamu hebat sekali Hen, dapat mengimbangi keperkasaan Rudy.” Puji Asti pada Heni.
Pergumulan Rudy dan Heni kini telah berlangsung selama setengah jam namun belum ada tanda-tanda pertahanan keduanya akan bobol. Hanya keringat saja yang meleleh dari kedua tubuh tersebut. Akhirnya setelah pergumulan itu berlangsung empat puluh lima menit barulah tampak tanda-tanda pertahanan Heni mulai goyah.
“Oukh… Ruuuuud…! Tusuk yang kuat sayang… terus sayang… Aku… aku… mau… keluarrrrr… Aaaaaahhhhh…!!!!!!” tubuh Heni yang menelentang dibawah tubuh Rudy berkelojotan.
Kepalanya terhempas kesana kemari sambil tangannya merangkul erat-erat tubuh Rudy. Rudy menghujamkan kuat-kuat kontolnya kedalam nonok Heni sehingga batang kontolnya amblas sedalam-dalamnya didalam nonok Heni. Heni merima sodokan tersebut dengan mengangkat bokongnya. Dan,
“Sreett… seeerr… seerrtt… seerrr… seeeeeerrrrr… sretttt…” nonok Heni berdenyut-denyut menyemburkan lendir orgasmenya.
“Aaaaahhhhh… Ruuuuudddd… aku keluarrrrrrr… Oukh…”
Bersamaan dengan itu, “Croot… crott… crott… croooooottttt…” kontol Rudy menyemprotkan pejuhnya yang sangat banyak memenuhi rongga dalam nonok Heni.
Kali ini Rudy tidak kuasa untuk menahan agar pejuhnya tidak keluar dulu, pertahanan Rudy pun bobol akibat nikmatnya empotan nonok Heni yang bagai meremas, menyedot dan memijit kontolnya.
Dalam rentang waktu yang telah diarungi mereka berempat, Rudy telah memberi kepuasan pada dua orang perempuan. Perempuan pertama adalah Meti yang mendapat kepuasan akibat permainan lidah Rudy pada nonoknya. Sedangkan perempuan kedua yang berhasil dipuaskan oleh Rudy adalah Heni. Heni mendapatkan kepuasan akibat dientot kontol Rudy yang besar dan panjang.
Rudy melorot dari tubuh Heni dan terlentang disamping perempuan yang lemas habis dientoti tersebut. Sedangkan Asti yang dari tadi menyaksikan pergumulan yang penuh birahi, baik antara Rudy dan Meti maupun Rudy dan Heni, sedari tadi mengharapkan agar pergumulan tersebut cepat selesai sehingga dirinya dapat segera menikmati kon tol Rudy yang gede dan panjang tersebut memuasi dirinya.
Melihat kedua temannya telah terkapar lemas, Asti telentang disamping Rudy. Ia mengangkangkan pahanya lebar-lebar, memperlihatkan belahan nonoknya yang telah mekar tersebut. Asti sudah tidak sabar pingin buru-buru nonoknya ditimpa kontol Rudy.
“Rudy…! Ayo dong Rud…! Sekarang giliran aku nih kamu entot… Rud! Udah gatel nih nonokku pingin digaruk sama kontolmu…” ujar Asti sambil mengusap-usap belahan nonoknya yang sudah mekar dan basah akibat nafsu birahinya yang sudah memuncak.
“Sabar Mbak, aku… aku capek sekali…! ujar Rudy sambil menarik nafas panjang.
Rudy memang capek sekali setelah mengelami pertempuran yang panjang melawan Heni. Kali ini Rudy baru menemukan lawan yang sebanding. Heni benar-benar telah menguras tenaga Rudy.
Rupanya Asti yang sudah benar-benar dalam birahi tinggi tidak mau menerima alasan Rudy.
“Kamu sih terlalu lama ngentoti Heni?! Dan lagi kamu juga serakah atas bawah main…” maksud Asti, bagian bawah Rudy yakni kontolnya mengerjai nonok Heni sedangkan bagian atas Rudy yakni mulutnya mengerjai nonok Meti.
“Ayo Rud…! Cepetan aku sudah kepingin dientot sama kamu nikh! Lihat nikh nonokku sudah mekar begini. Kalau kamu biarkan terus begini, aku bisa mati menahan birahi.” Asti terus merengek-rengek agar Rudy segera menimpanya.
Walaupun Rudy masih merasa capek, tetapi karena kasihan sama Asti yang sudah kepingin sekali ditimpa olehnya maka Rudypun bangun dari berbaringnya dan merangkak diatas tubuh Asti yang sudah siap menerimanya. Rudy menggosok-gosokkan kepala kontolnya dibelahan nonok Asti.
“Rud… Aku sudah tidak tahan lagi. Masukin kontolmu Rud. Ohhh… sekarang juga Rud…! Sshhh…”
Rudy pun kemudian menempatkan kontolnya sebaik-baiknya agar posisinya tepat diatas lubang nonok Asti. Lalu ditekannya kontolnya kedalam nonok Asti yang disambut oleh Asti dengan mengangkat bokongnya. Dan… blessss… melesaklah kontol Rudy yang bukan main besarnya itu kedalam nonok Asti sampai Asti tersendat.
“Auwwww Rud… shhhhh… enak Rud… shhhh…,” Asti mendesah sambil merem-melek menikmati tusukan kontol Rudy.
“Ayo, Rud… dienjot keluar masuk… jangan ragu-ragu Rud… Tancap… egh…! Ssshhh… mmmm… ehg…!”
Rudy pun mengayun-ayunkan pantatnya sehingga kontolnya yang luar biasa gedenya itu menghujam bertubi-tubi ke belahan nonok Asti.
“Ouuhhh Rud, nikmatnya, batang kontolmu udah gede panjang lagi, masuknya dalem banget nonokku sampe sesek rasanya”, kata Asti.
“Tapi enakkan”, jawab Rudy.
“Enak banget Rud, sekarang enjot yang keras Rud! Biar tambah nikmat”, kata Asti lagi.
Rudy masih dengan pelan-pelan mengenjotkan kontolnya keluar masuk nonok Asti. Sewaktu kontolnya ditarik keluar, yang tersisa di nonok Asti hanya tinggal kepalanya saja, kemudian dienjotkan kedalam nonok Asti sekaligus sehingga kontolnya nancap dalam-dalam di nonok Asti.
“Enak Rud, kalo dienjot seperti itu, yang cepat Rud”, rengek Asti lagi sambil terus mengempot-empotkan otot nonoknya.
Rudy pun menjadi belingsatan karena remasan otot nonok Asti sehingga enjotannya menjadi makin cepat dan makin keras.
“Gitu Ruuuuud, aduh enak banget Ruuuud, terus Rud, terasa banget gesekan kontolmu ke nonok Mbak, nancepnya dalem banget lagi, terus Rud, yang cepat”, kata Asti terengah-engah keenakan.
Rudy mempercepat enjotan kontolnya dengan cara yang sama, kalo ditarik tinggal kepalanya saja dan terus dienjotkan kembali kedalam dengan keras. Cara ngenjot seperti itu membuat Asti menjadi semakin liar, pantatnya menggelinjang saking nikmatnya dan Asti terus merintih kenikmatan sampai akhirnya dia tidak dapat menahan lebih lama,
“Ruuuud… gak tahan lagi Rud, aku nyampe Rud, aaaaakkhh…!”, jerit Asti.
Terasa oleh Rudy nonok Asti berkedut-kedut kuat sekali meremas kontolnya yang masih keras itu. Tubuh Asti mengejang. Dengan nafas yang terengah-engah, Asti memeluk tubuh Rudy erat-erat sementara kontol Rudy masih tetep nancep di nonoknya. Asti menikmati enaknya orgasme oleh enjotan kontol Rudy. Rudy menahan gerakan kontolnya di dalam nonok Asti. Rudy membiarkan Asti menikmati orgasmenya yang sudah lama ditahan pelan-pelan tubuh Asti lunglai, lemas. Sehingga pelukannya pun makin melemah.
Meti yang birahinya naik kembali karena menyaksikan adegan persetubuhan antara Rudy dan Asti sedari tadi mengharapkan agar Asti segera nyampe. Maka begitu Asti telah mencapai puncak orgasmenya dan perlawanan Asti mulai melemah, Meti buru-buru menarik pantat Rudy sehingga mau tidak mau kontol Rudy copot dari nonok Asti.
“Ayo Rud! Gantian aku dong dari tadi kan nonokku belum merasakan kontolmu.” Kata Meti sambil menunggingkan bokongnya.
Meti pingin ditusuk Rudy dari belakang. Dan Rudypun mulai menyelipkan kepala kontolnya yang masih berlepotan dengan lendir dari nonok Asti ke celah di antara bibir nonok Meti.
“Argh, aarrgghh… Rud!” rintih Meti.
Rudy menarik kontolnya perlahan-lahan, kemudian mendorongnya kembali perlahan-lahan pula. Bibir luar nonok Meti ikut terdorong bersama kontol Rudy. Perlahan-lahan Rudy menarik kembali kontolnya dan bertanya
“Enak Mbak?”.
“Enaaaaak banget Rud”, jawab Meti.
Rudy mengenjotkan kontolnya dengan cepat sambil meremas bongkah bokong dan juga susu Meti.
“Aarrgghh… Rud!” rintih Meti ketika kontol Rudy kembali menghunjam nonoknya.
Walaupun nonoknya telah beberapa kali dimasuki oleh kontol lelaki, tapi nonoknya terasa sesek saat kemasukan kontol Rudy yang besar dan panjang itu. Rudy memegang pinggul Meti dengan erat dan kontolnya keluar masuk nonok Meti dengan cepat dan keras.
“Ouuuhhhh Rud…, aku mau nyampe Rud”.
“Sama Mbak aku juga mau. Kita barengan ya Mbak”, kata Rudy sambil mempercepat enjotannya.
“Ruuuuuud! Aku nyampe Rud, aakh…”, jerit Meti saking nikmatnya.
Nonok Meti mengejang-ngejang ketika dia mendapatkan orgasmenya. Rudy merasakan nikmat pada kontolnya akibat empotan nonok Meti tersebut sehingga dia tidak bisa lagi menahan pejuhnya agar tidak bobol.
“Akh Mbak, aku nyemprot Mbak, aaakh…”, Rudy mengerang saat kontolnya menyemburkan pejuhnya beberapa kali di nonok Meti.
Dengan nafas yang terengah-engah dan badan penuh dengan keringat, Rudy mendekap tubuh Meti dari belakang sementara kontolnya masih tetep nancep di nonoknya. Rudy dan Meti menikmati enaknya nyampe. Setelah gak ngos-ngosan, Rudy mencabut kontolnya dari nonok Meti. Kontolnya berlumuran lendir nonok Meti dan pejuhnya sendiri. Dengan sisa–sisa tenaganya dia membaringkan tubuhnya diantara tubuh Heni dan Asti yang terkapar lemas setelah puas mencapai puncak kenikmatan.
Begitulah Rudy ganti berganti telah memuaskan nafsu ketiga perempuan cantik itu hingga mereka benar-benar puas. Rudy meninggalkan mereka bertiga dengan tubuh lunglai ketika matahari hampir tenggelam. Berjam-jam lamanya dia telah memeras tenaga memuaskan nafsu ketiga perempuan tersebut dan dirinya pun mendapat kepuasan dari ketiganya. Ada rasa bangga dalam dirinya ketika dia berhasil memuaskan mereka.
Kini empat perempuan sudah berhasil ditaklukkan oleh Rudy. Mula-mula Yayuk, lalu Meti dan Asti, akhirnya Heni. Namun diantara keempat perempuan itu, Rudy harus mengakui bahwa Yayuk berada diurutan teratas dari keempatnya. Mulai dari bentuknya, nonok Yayuk lebih bagus. Jembutnya lebih lebat namun tertata rapi, Yayuk betul-betul mengurus jembut hitam dan lebatnya tersebut, sehingga kesannya tambah merangsang dan tidak jorok. Bentuk belahan nonok Yayuk juga paling bagus diantara keempatnya.
Mengenai rasa, nonok Yayuk juga berada diurutan paling atas diantara keempatnya. Nonok Yayuk memiliki empotan yang ternikmat. Dinding dinding nonoknya bagaikan hidup, memijit dan meremas-remas batang kontol yang masuk kedalamnya. Dan seakan-akan dinding nonoknya punya perekat, sehingga waktu ditusuk dan ditarik seakan-akan ikut terus melekat. Kelebihan nonok Yayuk lainnya adalah walaupun nonoknya sudah banjir tetapi masih tetap enak ditimpa bahkan semakin enak. Sehingga walaupun ditimpa terus menerus tidak memberikan rasa bosan.
Sedangkan terhadap ketiga perempuan lainnya, satu sama lain punya kelebihan dan kekurangan yang berimbang. Heni memiliki daya tahan yang kuat. Walaupun nonoknya dienjot habis-habisan ia tetap bisa bertahan. Meti memiliki goyangan yang maut banget. Kalau saja bukan Rudy yang digoyang pasti sudah KO duluan dalam beberapa kali goyangan saja. Sedangkan Asti, nonoknya lebih legit ketimbang dua temannya tersebut. Dan lubang nonoknya dalam sekali, sehingga walaupun nonoknya telah banjir, namun nonoknya masih terasa enak.
Menyetubuhi keempat perempuan tersebut bagi Rudy memang sangat menyenangkan. Keempatnya memiliki ekpresi yang berlainan saat disetubuhi.
Yayuk sifatnya yang keibuan selalu memberikan kasih sayang dalam setiap dekapannya. Dan dalam mengekspresikan puncak kenikmatan yang didapat pun Yayuk lebih tenang dan tidak liar. Sehingga Rudy selalu merasa nyaman bercumbu dengannya. Meti, perempuan yang semula lemah lembut itu jika disetubuhi akan berubah menjadi beringas. Napasnya mendengus-dengus dan ketika mencapai puncak selalu menghujamkan kukunya kuat-kuat dipunggung lelaki yang menggaulinya. Heni, napasnya napas kuda. Dari awal dientot hingga akhir tetap sama. Nonoknya yang lebih mungil dibanding Meti dan Asti tetap stabil mengurut-urut kontol cowok yang menggaulinya. Asti, saat akan mencapai puncak kenikmatan merengek-rengek dan meronta-ronta seperti sapi disembelih. Tubuhnya berkelejotan saat menikmati puncak orgasmenya.
Sedangkan bagi Meti, Asti dan Heni, sosok Rudy sangat berkesan bagi mereka. Rudy, pemuda perkasa yang memiliki kontol yang gede dan panjang itu telah memberikan sensasi persetubuhan yang belum pernah mereka rasakan dari cowok-cowok lain yang pernah menggauli mereka. Bagi mereka Rudy memiliki banyak kelebihan. Dari segi stamina, Rudy memiliki stamina yang luar biasa prima. Dari segi kemaluan, Rudy memiliki kontol yang luar biasa gede, panjang dan kalau sudah ngaceng tegangnya minta ampun kerasnya. Dari cara menggauli lawan jenisnya, Rudy mempunyai banyak variasi permainan. Sehingga bagi cewek yang belum berpengalaman, sekali ditancap kontol Rudy, pasti langsung bobol dan akan ketagihan untuk terus, terus dan terus merasakan enaknya dientot kontol Rudy. Seperti juga yang dirasakan oleh Meti, Asti dan Heni yang selalu ketagihan untuk bisa mengulangi untuk dientot oleh Rudy.
Begitulah Rudy, ia disenangi oleh ketiga perempuan tersebut. Ia mampu menaklukkan perempuan-perempuan tersebut dan iapun mampu memuaskan mereka. Kini Rudy telah menjadi pemuda yang disenangi oleh wanita terutama bagi wanita yang telah merasakan keperkasaannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar