USIA bukan merupakan penghalang bagi
dua orang yang saling mencintai. Demikian pula halnya habis Rudy dan Yayuk.
Rudy, remaja yang duduk di kelas 1 SMA dan baru berusia 16 tahun, saling mencintai
habis Yayuk, janda kece berusia dua puluh dua tahun. Mereka saling berjanji
tidak akan menyerahkan tubuh masing-masing kepada perempuan atau lelaki lain.
Namun ternyata janji itu sulit ditepati, Yayuk menyerahkan tubuhnya kepada
Jojo, rekan sekerjanya yang berusia 10 tahun, Dan kemudian terpaksa pula
menyerahkan tubuhnya pada pak Kadir. Kepala bagiannya, habis pertimbangan
kuatir Pak Kadir bertindak macam-macam yang mengganggu reputasi kerja Yayuk,
jika kehendak lelaki itu tidak dipenuhi.Demikian pula dengan Rudy.
Perempuan
kedua yang pernah dientotnya adalah Meti, janda kece yang tinggalnya lebih
kurang tiga ratus meter dari rumahnya, Meti memang sudah lama menaruh perhatian
pada Rudy. Suatu hari, waktu Rudy pulang sekolah dipanggilnya dengan alasan minta
tolong memindahkan lemari. Yang terjadi sesudah memindahkan lemari, Rudy dan
Meti tidur seranjang.
Perempuan
ketiga yang dientot Rudy, adalah Asti, yang sebenarnya sudah punya suami,
tetapi tak puas dengan suaminya. Asti berhubungan dengan Rudy, melalui
perantaraan Meti.
Hari
itu, setelah mengerjai Asti, sampai perempuan kece itu kepayahan, Rudy
memindahkan sasarannya kepada Meti. Janda centil ini juga dikerjai sampai
kepayahan. Lalu ganti Asti yang terangsang kembali, mencumbu kontol Rudy yang
luar biasa. Disaat Asti sedang asyik, Meti juga terbangun dari tidurnya yang
cuma beberapa saat. Meti yang sudah segar kembali, dan lalu Meti mendekati Asti
yang sedang asyik menjilati dan mengulum-ngulum kontol Rudy.
“Asti!
Udah dong! Aku juga kepingin!” ujar Meti sambil mengambil alih kontol yang
semakin ngaceng itu.
Gantian
kini Meti yang menjilati dan mengulum-ngulum kontol Rudy. Agaknya Asti masih
juga belum puas. Jika Meti mengulum kepala kontolnya, maka Asti menjilati
batangnya. Dan jika Meti menjilati batangnya, Asti mengulum-ngulum dan
menggigit-gigit kepala kontolnya.
Karena
kontolnya terus menerus dicumbu dua perempuan kece, apalagi yang mencumbu
termasuk perempuan yang berpengalaman, mau tidak mau pertahanan Rudy goyah
juga. Rudy berusaha bertahan agar dapat lebih lama. Namun pertahanannya semakin
goyah juga, sampai akhirnya tibalah saat yang dinantikan kedua perempuan kece
centil dan syarat pengalaman itu. Kepala kontol Rudy menyemprotkan cairan
kenikmatan yang kental, putih dan licin sekali. Kedua perempuan keca itu
berebutan, ber gantian menghisap dan mereguk cairan yang menyembur itu,
sementara tangan Meti dengan giat mengocok pangkal kontol Rudy supaya cairan
itu keluar sehabis-habisnya.
Banyak
sekali cairan yang disemburkan oleh kepala kontol Rudy. Direguk habis oleh
kedua perempuan itu. Lalu dengan puas, perempuan-perempuan kece itu menyudahi
permainannya.
“Hmmh,
enak sekali punyamu, Rudy!” ujar Meti.
“Pejuhmu
gurih dan wangi” menambahkan Asti.
“Kereguk
habis, supaya akupun memperoleh kekuatan dan keluarbiasaan seperti kamu!”.
Rudy
tidak berkata apa-apa. Meti dan Asti membaringkan tubuhnya masing-masing di
samping kiri dan kanan Rudy. Begitu Meti baru saja menelentang, Rudy bangun
dari sikap berbaringnya. Asti kaget sekali ketika tiba-tiba Rudy menyergap dan
menindihnya. Begitu cepatnya, sehingga Asti tak sempat lagi menghindar. Asti
hanya menjerit:
“Auw!
Rudy! Jangan aku! Meti saja! Meti lebih kuat dari pada aku!”
Namun
Rudy tidak menghiraukan ucapan Asti. la dengan cepat menahan kedua paha Asti
dengan kedua pahanya yang kukuh. Asti tidak dapat lagi berkutik.
Selangkangannya terkangkang selebar-lebarnya. Dan Asti tak mampu lagi menolak
masuknya kontol Rudy yang sangat luar biasa itu.
“Aduh,
Rudy…!, Jangan diteruskan. Udah akh. Ampun! Cabut lagi, Rudy! Meti saja kamu
kerjai”
“Nggak
mau, akh! Aku kepingin kerjai Asti, kan barusan Asti kepingin jadi pacarku!”
ujar Rudy yang menahan gerakannya, membiarkan kepala kemaluannya.
Tepat
berada dimulut nonok Asti. Dengan kata lain Rudy membiarkan mulut nonok Asti mencekik
leher kontolnya.
Asti
hanya dapat berkelojotan tanpa mampu malepaskan diri.
“Aku
barusan bohong, Rudy. Sungguh aku tobat, tidak mampu menghadapimu. Aku lemah.
Oh, Rudy! Jangan kerjai aku. Aku tidak inqin jadi pacarmu!”
“Tanggung
sih. Asti” ujar Rudy dengan tenang. “Habis, punyaku sudah keburu masuk, sih !”
“Cabut
saja lagi, Rudy. Cabut saja. Aku…. aku…. aku…. akhh!” sekali lagi Asti menjerit
kecil bilamana Rudy mendorong pantatnya, sehingga kepala dan batang kotol Rudy
menggelosor masuk.
Asti
mendesah-desah. Ia segera menyadari, bahwa biar bagaimana pun ia merintih, Rudy
tidak akan mencabut kontolnya. Lagi-lagi Asti mengherani. Kontol yang barusan
habis-habisan dikerjain dua perempuan manis, dan barusan menyemburkan cairan
banyak sekali, masih saja mampu bertarung. Asti pasrah, belahan nonoknya
ditusuk dan dijelajahi kontol Rudy.
Sementara
itu Meti yang sudah naik spaning sejak barusan dia mengulum-ngulum kontol Rudy
dengan gembira memberikan semangat pada Asti agar memberikan perlawanan
berarti.
“Ayo,
Asti lawan! Jangan biarkan Rudy seenaknya mempecundangi dirimu. Ayo Asti.
Sedikit-sedikitnya, kamu harus lebih lama dibandingkan yang pertama!”.
Rupanya
ada juga kegunaannya dorongan semangat dari Meti. Kali ini Asti dapat bertahan
sedikit lebih lama. Berbeda beberapa menit sebelumnya, akhirnya menyemprotkan
cairan kenikmatannya.
Seperti
biasanya, Rudy terus menyerang habis-habisan. Asti terkulai pasrah membiarkan
dirinya diperlakukan semau Rudy. Merintih pun percuma. Dan sebagaimana halnya
Meti, karena terus-menerus dikerjain. Asti kembali mendapatkan tenaga baru
untuk mengimbangi permainan Rudy, dengan tiba-tiba untuk kemudian sekali lagi
mencapai puncak kenikmatan. Dibandingkan dengan Meti, agaknya perlawanan Asti
masih belum memadai. Ini dapat dimaklumi, karena baru pertama kali inilah Asti
menghadapi Rudy!
Akhirnya
setelah Asti sama sekali tak berdaya, karena berkali-kali orgasme, Rudy
memindahkan sasarannya kepada Meti perempuan centil gatel yang sudah percaya
diri menerima Rudy dengan gembira. Ia menelentang sambil mengangkangkan kedua
pahanya tanpa dipaksa. Bahkan ia sendirilah yang menggemgam dan menuntun serta
meletakkan kepala kontol Rudy yang luar biasa ngacengnya itu pada mulut
nonoknya dan msmberi komando.
“Ayo,
Rudy sayang, tusuk, dong! Aku sudah siap!” Dan sejurus kemudian, bila Rudy
mendorong pantatnya, Meti tersentak tubuhnya sambil lersendat:
“Ehg”
Agak
kaget juga Meti menerima tusukan maut itu. Pada detik berikutnya permainan yang
penuh dengan romantika inipun dimulai. Meti benar-benar sudah mampu mengimbangi
permainan Rudy. Ia jadi ketagihan menerima hunjaman-hunjaman maut dari kontol
yang perkasa ini.
“Rudy
sayang….!” ujarnya sambil menciumi bibir Rudy dengan bernafsu dan punuh kasih
sayang.
“Kamu
jangan bosan-bosan kemari. Kapan saja aku siap menerima, sayang. Aku sanggup
melayanimul”
Rudy
membalas ciuman-ciuman Meti tak kurang hangatnya sambil tak henti- hantinya
menghujamkan kontolnya.
“Tapi
Mbak. Aku kuatir ada yang marah. Pacar Mbak, misalnya….” ujar Rudy tanpa
mengurangi kesibukannya.
Meti
tersenyum.
“Kau
tak parlu kuatir sayang. Pacarku adalah lelaki-lelaki yang berduit. Tapi khusus
kamu, aku tidak membutuhkan duitmu!”
“Habis,
apa yang Mbak butuhkan dariku?” tanya Rudy polos,
“lni
yang Mbak butuhkan. Tusukan mautmu!” ujar Meti. “Oukh. hmm…. enaknya! Tusukan
yang begini belum pernah Mbak peroleh dari lelaki-lelaki lain. Ayoh, sayang.
Terus! Hunjamkan kontolmu kuat-kuat. Sekarang punya Mbak sudah cukup kuat
menerima kontolmu ini. Ssh… hmm, ya, begitu… ehg! Hmm… ehg! Sssh… ehg!”
tersendat-sendat Meti mangimbangi permainan Rudy.
Sebagaimana
biasa, Meti terlebih dulu naik, spaning. la terdesak hebat. Meski sudah
berusaha memompa semangat dan tenaga sekuat kemampuannya, namun akhirnya jebol
juga. Rudy terus juga menyerang menggebu-gebu. Dan kemudian barulah keduanya
mencapai puncak kenikmatan. Rudy mencabut kontolnya dari belahan nonok Meti
yang banjir itu, lalu rebah disamping tubuh si janda. Meti memeluknya dengan
mesra.
“Rudy.
Aku mencintaimu, sayang,” ujarnya seraya menciumi bibir Rudy berkali-kali.
Rudy
cuma menarik napas panjang.
BESOKNYA.
sekitar pukul sepuluh siang, Meti mendatangi rumah Asti, Asti baru saja selesai
belanja dari tukang sayur yang lewat.
“Semalaman
aku nggak dapat tidur,” ujar Asti sambil meletakkan belanjaannya di meja dapur.
“Punyaku perih. Ih, bukan main kontolnya si Rudy itu. Aku nggak pernah
berpikir, kok ada yang segede itu, ya?”
Meti
ketawa. “Apa yang kau alami kualami, juga, Asti. Selama dua hari jalanku nggak
benar. Seolah-olah kurasakan kontol Rudy masih nyangkut dinonokku!”
“lya!
Aku juga! Brengsek juga itu orang. Kayanya, nonokku diganjal. Jadi jalanku
ngegang. Uh! Suamiku tanya kenapa jalanku agak lain. Kubilang saja, pahaku
keseleo. Padahal, sih… hi-hi-hi, kalau dia tahu apa yang terjadi sebenarnya,
dapat pingsan dial!”
Meti
jadi ikut tertawa mendengar ucapan Asti.
“Aku
benar-benar kapok sama si Rudy. Amit-amit, deh!” ujar Asti lagi.
“Sekarang
kamu bilang begitu, Asti. Tapi nanti, kamu akan ketagihan.”
“Ketagihan?!”
Asti membelalakkan mataya.
“Bagaimana
aku dapat ketagihan?! Kuulangi lagi ngewe dengan si Rudy, dapat-dapat nonokku
robek oleh kontolnya!”
Meti
ketawa lagi. “Aku juga berpikiran begitu mulanya, Asti. Tapi setelah Rudy
memaksaku, eh…. anehnya, nonokku nggak sakit lagi Asti. Malah…. hi-hi, sory,
nich. Enak gitu. Lebih enak dibandingkan dientot lelaki-lelaki lain.”
“Ah,
Masya?!”
“Ee,
nggak percaya?! Sesudah aku dientot buat kedua kali, eh, aku jadi kepingin
lagi. Coba, deh. Kamu coba lagi kalau nggak ketagihan, iris kupingku!”
Asti
berpikir sesaat. Timbul keinginannya untuk mencoba lagi seperti yang disarankan
tetangganya.
“Tapi
nonokku masih perih tuh!” ujar Asti sambil meraba-raba selangkangannya.
“Ya,
jangan sekarang. Tunggu saja dua tiga hari lagi. Sampai perihmu hilang, okey?”
“Kita
lihat saja nanti,”
Tapi ternyata janji dua tiga hari
lagi itu mulur sampai seminggu, berhubung Meti dan Asti sama-sama punya
kesibukan yang menyita waktu. Setelah seminggu berlalu, barulah keduanya punya
kesempatan. Siang itu sepulang sekolah Meti mengajak Rudy untuk mampir
dirumahnya. Dan Rudy yang sudah seminggu tidak tersalurkan nafsunya menyambut
gembira ajakan tersebut. Sambil merangkul tubuh bahenol Meti, Rudy pun memasuki
rumah Meti.“Mbak kangen sama kamu, Rud!” ujar Meti setelah Rudy masuk kedalam
rumahnya.
Rudy
senyum-senyum sambil duduk dikursi ruang tamu.
“Sama
Mbak. Aku juga kangen.” ujar Rudy.
“Yang
bener Rud. Kamu kangen sama aku atau Meti?” sahut Asti yang keluar dari kamar
Meti.
Mendengar
suara tersebut Rudy terkejut ternyata di rumah tersebut selain Mbak Meti ada
Mbak Asti juga. Sungguh suatu kejutan bagi Rudy. Setelah seminggu tidak
ngentot, siang ini dia dapat melampiaskan nafsunya tersebut bahkan dengan dua
orang perempuan sekaligus yang keduanya sama-sama cantik dan sama-sama
mempunyai tubuh yang aduhai yang bisa membangkitkan nafsu setiap pria yang
memandangnya. Maka kemudian Rudypun menjawab pertanyaan Asti,
“Kangen
dua-duanya” jawab Rudy.
“Rud,
sekarang kamu jawab secara jujur. Selama kamu entoti aku dan Asti, mana yang
lebih enak?” tanya Meti memancing, sambil menggelendot manja pada Rudy.
“Secara
jujur nikh, Mbak. Mbak Meti sama Mbak Asti sama enaknya sih! Mbak berdua
membuat Rudy ketagihan” jawab Rudy.
“Terang
saja dia bilang sama enaknya, Met. Soalnya kamu nanyanya di depanku. Coba kalau
nggak ada aku, pasti dia akan jawab lebih enak kamu!” potong Asti sambil
menjewer kuping Rudy. “Rudy kan ada maunya tuh. Supaya dia bisa entoti kita
berdua!”
Rudy
mengaduh-aduh lantaran kupingnya dijewer Asti kelewat keras.
“Ampun
Mbak. Ampuuun! Memang aku ada maunya. Tapi apa yang kubilang barusan, jujur,
kok. Mbak Meti dan Mbak Asti nonoknya sama enaknya, kok. Biarpun nggak di depan
Mbak Asti atau Mbak Meti, aku tetap jawab begitu. Nonok Mbak berdua bikin Rudy
ketagihan”
“Benar
begitu, Rud!”
“lya…..
Mbak!”
Asti
dan Meti saling lirik sambil sama-sama tersenyum penuh arti, tiba-tiba.
“Rud,
ayo kita ulangi seperti yang lalu, Rud. Nonokku sudah gatel pingin digaruk
kontolmu yang gede itu.” ujar Asti sambil melepaskan pakaian.
Rudy
tentu saja menyambut gembira. Meti pun melepaskan pakaiannya. Setelah keduanya
bugil, lalu keduanya dengan tak sabar melepaskan pakaian Rudy. Dan melihat
tubuh montok kedua perempuan yang sudah bugil itu, Rudy pun mulai naik
birahinya dan langsung terangsang.
“Siapa
dulu nikh?” tanya Rudy.
“Aku!”
kata Meti sambil memeluk erat tubuh Rudy dan Rudy pun kemudian mengangkat tubuh
montok Meti dan dibawanya kedalam kamar tidur Meti yang diikuti juga oleh Asti.
Tubuh montok Meti dibaringkannya ke atas tempat tidur. Lalu Rudy mulai
menggerayangi tubuh Meti. Dirabanya bagian-bagian yang sensitip. Mulai dari
kedua susunya yang mengkal indah hingga nonoknya yang berjembut lebat itu. Sambil
mengenyot kedua pentil susu Meti secara bergantian, tangan Rudy mencolok-colok
lubang nonoknya dan sesekali itilnya diusap-usap dengan jempolnya.
“Oh…
oh… entoti aku Rudy…. oh aku… aku…. nggak kuat lagi, entoti aku Rud, uuuuhhh….”
Meti menggeliat-geliat menikmati setiap rabaan dan elusan tangan Rudy yang
makin liar pada nonoknya.
Rudy
terus menggumuli tubuh montok Meti yang tidak henti-hentinya mengerang dan
mengeluh.
“Ayo
kita ngewe Rud…. uh… cepat, aku… aku sudah ingin merasakan tusukan kontolmu
Rudy” Meti mendesah-desah,
“Jangan
kuatir Mbak, aku akan membuat Mbak puas hari ini….” kata Rudy sambil terus
menyedot dan mempermainkan pentil susu Meti yang berwarna hitam dan besar itu
dalam mulutnya.
Rudy
menjilat dan menyedot pentil susu Meti yang kiri kemudian berpindah ke pentil
susu yang kanan bergantian. Tubuh Meti terkejang-kejang seperti orang kena
setrum listrik sementara pinggulnya berputar-putar. Tangannya pun mulai liar
mengocok kontol Rudy yang mulai ngaceng.
“Uuuhhh…
Rud, besar sekali kontolmu! Uh… enak kalau masuk kedalam nonokku… ayo cepat
tusuk aku Rud….. ayo… hhhhhh…., uuuggggh…..” Napas Meti panas dan memburu
hebat.
Dari
susu kini jilatan Rudy mulai beralih kebawah. Kini Rudy beralih menjilati perut
Meti, kemudian turun ke arah selangkangan Meti dan akhirnya sampai ke nonok
Meti yang berjembut hitam lebat. Nonok Meti tampak sudah basah berkilat akibat
lendir birahinya yang keluar dari nonoknya. Dengan kedua tangannya Rudy mulai
menyibakkan bulu-bulu jembut Meti yang menutupi lubang nonok Meti dan dengan
pelan tapi pasti dia mulai mendekatkan wajahnya pada nonok Meti. Seolah tak
sabar pingin segera merasakan sensasi lidah Rudy pada nonoknya, Meti menekan
kepala Rudy seolah-olah memberi perintah agar Rudy segera mulai menjilati
nonoknya. Dalam keadaan seperti itu, Rudy dapat merasakan bau nonok Meti yang
sudah basah oleh lendir birahinya dan Rudy pun dengan bernafsu mulai menjilati
nonok Meti dan Rudy pun merasakan kini kontolnya makin ngaceng.
“Enak
Rud?” tanya Meti lirih sambil melihat lidah Rudy menjilati nonoknya.
“He
eh Mbak… enak dan bau nonok Mbak bikin Rudy jadi tambah terangsang” kata Rudy
sambil lidahnya terus menjilati setiap belahan nonok Meti.
Meti
semakin mendorong kepala Rudy kearah belahan nonoknya sehingga kepala Rudy
semakin terjepit di kedua pahanya.
“Ooooooo…
Rud, terus jilati nonokku Rud…. ooooohhhhh.., terus… terus…. sedot, iya sedot….
aakkkhh it…….it…. itilku!!! Oooh…. sedot iiiitilku Rud, ooh…. enak… ya, ya
jilati lendirku Rud, jilat yang bersih Rud…… aaaakkkhhh…..”
Rudy
semakin membabi buta memburu lendir yang keluar dari nonok Meti dan dengan
bibir dan lidahnya lendir tersebut dijilat dan disedot kedalam mulutnya.
Rasanya asin dan agak hangat. Dijilat habis lendir tersebut dan sesekali dia
kenyot dan jilat itil Meti yang sudah sangat bengkak akibat nafsunya yang
semakin memuncak. Saat itilnya dikenyot Rudy, Meti pun melolong dan tubuhnya
menggelepar-gelepar seperti orang sekarat menahan birahinya yang sedang
dipermainkan oleh Rudy. Namun Rudy tak menghiraukannya, dia terus mengerjai
nonok dan itil Meti dengan bibir dan lidahnya.
Meti
semakin tidak tahan diperlakukan seperti itu oleh Rudy, dan dengan cepat dia
merubah posisi sehingga dia kini berada di atas Rudy. Meti mengulek nonoknya
dimulut Rudy,
“Ruuuuud……
aku nggak kuat lagi!!! Teruuussss… oh… oh… oh… Ruuud…” Meti menghujamkan
nonoknya ke wajah Rudy dan memutar-mutar pinggulnya.
Rudy
pun menyambut gerakan Meti dengan menjulurkan lidahnya dan lidahnya yang
dikeraskan tersebut mirip seperti kontol kecil yang menerobos keluar masuk
dalam liang nonok Meti yang membanjir itu. Lendir yang keluar dari nonok Meti
banyak sekali sampai berjatuhan membasahi wajah Rudy. Dan tubuh Rudy pun
menjadi panas dingin merasakan sensasi dari adegan ini.
“Aduh
Rud… enak sekaliiiii…. sshhhh…. oooohhhh…” Meti terus meracau sambil terus
menggosok-gosokkan nonoknya ke mulut Rudy dan tampak Rudy pun makin rakus
menjilati dan menyedot-nyedot nonok yang hangat dan basah itu.
Sementara
itu Asti yang sedari tadi melihat pergumulan Meti dan Rudy tersebut, menjadi
semakin terangsang birahinya. Asti melihat kontol Rudy yang ngaceng itu
nganggur, maka dengan segera dia mulai mengemut batang kontol yang gede dan
panjang itu. Segera Rudy pun merasakan kontolnya mulai menerobos mulut Asti dan
dirasakan lidah Asti menjalar diseluruh kontolnya.
“Ouhhh…..
nikmat banget Mbak Asti, terusin isep yang kuat kontolku Mbak…” desah Rudy
sambil terus mengerjai nonok Meti.
Asti
makin asik mengulum kontol Rudy dengan ganasnya sambil tangannya memainkan biji
pelirnya.
“Ouhh…
Mbak Asti enak banget, terus… kocok terus kontolku pake mulut Mbak”, Rudy
mendesah kembali merasakan nikmatnya mulut Asti pada kontolnya.
Asti
pun melanjutkan mengulum kontol Rudy. Tengah asyik-asyiknya mereka bertiga
bergumul, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Ternyata pintu kamar tidak terkunci
dan seseorang telah berdiri diambang pintu yang terbuka.
“Hah…!!!”
orang tersebut berdesah kaget. Mulutnya ternganga.
Asti,
Meti dan Rudy tidak kurang kagetnya.
“Heni…!”
Asti menyebut nama perempuan yang berdiri di ambang pintu itu.
“Kalian
sedang… ngen…?!” Heni tidak melanjutkan ucapannya.
Seperti
dikomando, Meti dan Asti melompat dari tempat tidur, bersama-sama menarik
lengan Heni ke dalam kamar dan kemudian Meti mengunci pintu kamar tersebut.
“Ayo
Hen, kamu mesti ikut berpesta bersama kami!” ujar Meti.
Lalu
Meti dan Asti membukai pakaian Heni. Heni meronta-ronta.
“He?!
Kalian gila?” serunya.
“Aaah,
ayolah Hen. Kamu rugi kalau tidak ikut barpesta dengan kami. Rugi kalau tidak
ikut merasakan kontol super ini” ujar Meti sambil mencopoti BHnya sementara
Asti membukai CDnya.
Lalu
Meti memberi komando pada Rudy, “Ayo, Rudy! Kamu entot dulu teman kami ini!”
Rudy
tidak perlu dikomando dua kali. la segera mengangkat tubuh bahenol Heni ke atas
tempat tidur. Heni meronta-ronta. Tapi akhimya tak berdaya karena Meti dan Asti
menekan lengan-lengannya kanan kiri ke atas kasur, sedangkan Rudy menahan kedua
pahanya dengan kedua pahanya sendiri yang kekar dan berbulu lebat.
“Ssshh…
hmm,” Heni mengagelinjang-gelinjang bila tangan Rudy mulai menggerayangi
tubuhnya yang mulus.
Diciuminya
ketiak Heni yang berbulu lebat dan seketika Rudy mencium bau yang merangsang.
Diremas-remasnya sepasang susunya yang putih montok dengan pentilnya yang tegak
menantang kemerahan, Heni mulai merasakan kenikmatan sentuhan-sentuhan yang
dilakukan oleh Rudy. Apalagi jika Rudy mulai menggosok-gosokkan kontolnya yang
besar dan panjang itu ke pahanya.
Heni
menjadi tambah terangsang saat jari-jari tangan Rudy mulai menggosok-gosok
belahan nonoknya.
“Uf!
Aikh! Sssh…., gila! Hmmh… Oukh! Ssh…!” ia mendesah-desah bilamana nonoknya
dikobel-kobel jari-jari tangan Rudy.
“Aku…
aku… paling nggak tahan kalau nonokku sudah dimainin. Ssssssh… Oukh… mm,
enakss…!”
Sejenak
kemudian sambil menekan paha Heni dengan kedua tangannya, Rudy mengamati
keadaan ditengah selangkangan Heni. Tampak jembut Heni hitam dan super lebat
sehingga menutupi lubang nonoknya. Dan ketika bulu-bulu jembutnya disibakkan,
maka tampak nonok Heni yang berbentuk elips. Dibandingkan dengan nonok Meti dan
Asti, nonok Heni ini agak mumbul ke atas. Garis belahan nonoknya pun lebih
panjang. Dan yang bikin Rudy tambah nafsu adalah lubang nonok Heni. Kondisi
lubang nonok yang merah itu mulai basah dan ketika jari tangannya mencoba
dimasukkan kedalam lubang itu, terasa jarinya seperti dijepit dan disedot oleh
lubang itu. Seketika Rudy membayangkan kenikmatan yang akan diperolehnya jika
kontolnya nanti masuk ke dalam lubang yang basah dan hangat.
“Ayo,
Rud! Tusuk nonok Heni dengan kontolmu. Heni sudah kepingin banget tuh!” ujar
Meti sambil terus menekan lengan Heni.
“Biar
si Heni juga ikut merasakan kontolmu Rud. Ayo buruan tusuk nonoknya dengan
kontolmu!” ujar Asti.
Rudy
menggenggam kontol besarnya. Kemudian digosok-gosokkannya kepala kontolnya yang
sudah sangat bengkak itu ke itil dan belahan nonok Heni yang sudah basah dan
mengkilat oleh lendir nonoknya pertanda dia sudah terangsang. Heni menelan
ludah berkali-kali menunggu tusukan kontol Rudy yang gede tersebut. Lalu Rudy
menempatkan kepala kontolnya tepat di mulut nonok Heni yang sudah mekar siap
menerima tusukan dari kontolnya.
Kemudian Rudy mulai menekan
pantatnya sehingga kontolnya melesak masuk kedalam lubang nonok Heni.”Ehg…..!”
tubuh Heni tersentak keatas bilamana kontol yang bukan main besar dan
panjangnya itu melesak ke dalam lubang nonoknya yang sempit.
Sejenak
mata Heni terbelalak karena kaget. Meti dan Asti berpandangan sambil tersenyum.
Lalu
Asti bertanya. “Gimana Hen?”
“Ampun,
As! Gede banget kontolnya!… Ukh’” Heni memejamkan matanya.
Rudy
mendorong lagi kontolnya semakin melesak ke dalam nonok Heni. Tubuh Heni
tersendat-sendat lagi.
“Gimana,
Rud?” kali ini Meti yang bertanya pada Rudy.
“Enak
Mbak, nonok Mbak Heni hangat dan menggigit!” ujar Rudy seraya mendesah-desah.
Secara
jujur, Rudy harus mengakui, bahwa nonok Heni lebih nikmat ketimbang nonok Meti
dan Asti. Nonok Heni lebih hangat dan menggigit. Dinding-dinding nonok Heni
menjepit erat bagaikan melekat di batang kontol Rudy yang besar dan panjang.
“Aduuuuh……,
ampuuun! Sssaaa… kitttsss! Rasanya nonokku penuh” Heni merintih-rintih sambil
kepalanya oleng kekiri dan kekanan.
“Terusin,
Rud! Ayo tancap! Sodok terusssss……….” ujar Heni memberi komando.
Rudy
memaju mundurkan kontolnya di nonok Heni dengan pelan dan penuh perasaaan
meresapi jepitan dan empotan dinding-dinding nonok Heni yang bagaikan hidup
memijit-mijit batang dan kepala kontolnya.
Keluar
masuknya kontol Rudy benar-benar merupakan pemandangan yang merangsang. Ketika
kontol yang besar dan panjang itu ditusukkan kedalam nonok Heni, maka mulut
nonok Heni melesak kedalam, menjadi kempot. Sedangkan ketika kontol tersebut di
tarik dari dalam nonok Heni sampai sebatas lehernya, maka mulut nonok Heni ikut
tertarik ke luar, menjadi monyong.
“Aduuuh…..
Rud! Sssaakiittss….! Mmm… ammpunn, Rud…! Baru kali ini nonokku merasakan
dientot kontol yang segede dan sepanjang ini” mulut Heni berkali-kali bilang
sakit dan meminta-minta ampun, namun pinggang, pinggul dan bokongnya bergoyang
memutar, mengimbangi keluar-masuknya kontol Rudy.
Dan
agaknya. Terlihat oleh Meti dan Asti bahwa Heni mulai menikmati dientot oleh
Rudy sehingga Meti dan Asti melepaskan pegangan pada kedua lengan Heni. Begitu
lengan-lengannya bebas dari pegangan Meti dan Asti, Heni pun mendekap erat
tubuh Rudy. Terhadap Heni, Rudy agak heran juga. Heni berbeda dengan Meti dan
Asti. Walaupun mulutnya terus menerus bilang sakit, namun ternyata mampu
mengimbangi serangan-serangannya. Mungkin benar kata Heni bahwa dirinya belum
pernah merasakan kontol yang segede dan sepanjang kontolnya dan terasa pula
oleh Rudy betapa masih sempitnya nonok Heni. Ini mungkin yang menyebabkan Heni
berkali-kali bilang sakit namun begitu dia merasakan gesekan batang kontol Rudy
menggesek dinding-dinding nonoknya, Heni pun merintih nikmat.
“Aduuuuuh…..
Rud… terus Rud…..” kata Heni terputus-putus
“Kalau
sakit kontolnya dicabut ya?!” ujar Rudy sambil bersikap hendak mencabut
kontolnya.
“Jangan…
Rud!” ujar Heni sambil memeluk Rudy lebih erat, kuatir Rudy benar-benar
mencabut kontolnya.
“Habis,
Mbak Heni aduh-aduh terus sih…..!” kata Rudy.
Terasa
oleh Rudy nonok Heni lebih enak dibanding nonok Meti dan Asti. Maka Rudy jadi
senang sekali dan lebih bersemangat menghujam-hujamkan kontolnya itu kedalam
nonok Heni. Mata Heni sebentar terpejam sebentar terbuka menikmati tusukan
kontol Rudy yang besar dan panjang itu.
“Mbak
benar-benar sakit, ya?!” tanya Rudy yang penasaran kepingin tahu melihat ekspresi
wajah Heni. “Kucabut aja kontolku ya???” ujar Rudy lagi.
“Jangan,
Rud. Jangan… jangan dicabut. Sakit tapi ssshhh… enaaak. Ayo tancap saja terus
Rud! Tekan yang kuat! Sssh… akh!” Heni melepaskan napasnya tiap Rudy menekan
masuk kontolnya yang luar biasa panjang dan besar itu.
Asti
dan Meti berpandangan lagi. Lalu sama-sama tersenyum lagi. Keduanya berpikiran
sama.
“Brengsek
juga si Heni. Kupikir, dia akan kelojotan dan pingsan kepayahan. Eh, nggak
tahunya, dia malah keenakan! Huh!”
Asti
yang iseng mengintip dari arah pantat Rudy. Menyaksikan pemandangan
keluar-masuknya kontol Rudy di belahan nonok Heni membuat ia jadi terangsang.
Lebih-lebih menyaksikan goyangan bokong Heni yang begitu erotis dan mendengar
desahan dan erangan yang keluar dari mulut Heni. Ternyata Heni yang
diperkirakannya seorang perempuan pendiam, ternyata lebih berpengalaman
daripada dirinya. Baru saja Asti mencari akal, bagaimana caranya melampiaskan
nafsunya yang tertahan itu, Meti telah mendahuluinya. Meti mengangsurkan
selangkangannya ke wajah Rudy yang sedang asyik mengentot tubuh Heni. Rudy
mengerti apa yang diingini Meti. Perempun itu sedang konak dan ingin agar
nonoknya dicumbui.
Rudy
mencabut kontolnya dari dalam nonok Heni. Langsung Heni protes karena dia baru
enak-enaknya,
“Rudy…
kok dicabut sih… kontolnya… lagi tanggung nih…!
“Sebentar
mbak, aku ingin mbak yang diatas. Kasihan tuh mbak Meti dan mbak Asti…” kata
Rudy sambil merebahkan dirinya sehingga posisinya jadi menelentang dibawah,
“Mbak
Meti sudah konak tuh…. Biar Rudy jilati dulu nonoknya yang sudah gatel pingin
dientot… sambil menunggu giliran” sambung Rudy.
Kemudian
Heni memegang kontol Rudy dan sekejap kemudian “Sleeeeb….. sleeeeb…” kontol
Rudy telah melesak kedalam nonoknya.
Heni
dengan bersemangat memacu tubuhnya diatas Rudy dan sesekali ia memutar-mutar
pantatnya.
“Uuuuufh…
akhhhhh… eeeessst” seru Rudy dengan suara serak parau, sambil tangannya menarik
pantat Meti sehingga belahan nonoknya tepat diatas mulutnya.
Lalu
kedua tangannya menarik bibir-bibir nonok Meti kekiri dan kekanan, sehingga
tampaklah bagian dalam nonoknya yang sudah basah, lengkap dengan lubang nonok
dan itilnya yang nyempil disudut pertemuan atas dua bibir nonoknya. Pemandangan
yang indah dan kesempatan baik itu tentu saja tidak dilewatkan begitu saja oleh
Rudy. Hidungnya segera saja dibenamkam didalam belahan nonok Meti yang sudah
benar-benar mekar itu. Meti mendasah-desah seraya meliuk-liukkan pinggangnya.
Dan ia makin menekankan bokongnya dan menggosok-gosokkan nonoknya ke wajah
Rudy.
“Rudy…..
ouhh Rudy….. ayo jilati nonokku sayang…. ouh sshh… aku eeennak…” kata Meti
sambil terus merintih.
“Hmm..”
Rudy bergumam sambil terus menciumi nonok Meti.
Perlahan
namun pasti, akhirnya semakin menyeruaklah bau khas yang dikeluarkan dan
ditebarkan oleh lendir yang mulai keluar dari nonok Meti itu.
Kedua
paha Meti terbuka maksimal, jadi bentuk nonoknya merekah merah menambah nafsu
birahi Rudy. Sedikit demi sedikit Rudy terus menjilati kebasahan yang melekat
di bibir nonok Meti. Semakin lebar Meti membuka pahanya, sehingga semakin
terkuaklah bibir luar nonok Meti memperlihatkan lubang yang mulai menganga yang
di atas pucuk kemaluan itu itilnya bertengger dengan indahnya seolah bergetar
tak sabar menunggu keliaran dari lidah dan mulut Rudy.
Dan,
“Ouhh Rud… Yahh… esstthh… Ayo terusss sayanghhhh…! Jilat itilnya sayanghhh…”
Meti terus meliuk-liukkan pinggangnya. “Ya… ya…, gitu. Sssshhhh… akh! Mmmm
enaaaakkkkk… Rud! Terussss, Rud! Oukh enaaaaaakkk… bangetttssss… Rud!!!” dari
mulut Meti pecah rintihan keras begitu lidah Rudy menjelajahi bagian dalam
lubang nonoknya, dan mengenyot itil yang sedari tadi mengharapkannya.
Setiap
milimeter apa yang ada di liang nonok Meti tidak ada yang terlewati Rudy jilati
dan terus dijilati. Meti tambah kelonjotan saat lidah Rudy menerobos masuk ke
dalam lubang nonoknya dan menjilati itil yang ada di dalam sana. Lalu kembali
lidah Rudy menjilati bibir bagian dalam nonoknya terus ke atas sampai menyentuh
itilnya. Ada 5 menit Rudy memainkan itilnya. Sementara erangan Meti makin keras
dan tubuhnya semakin bergetar hebat. Rudy pun mengimbanginya dengan mulai
menggigit-gigit kecil bibir nonoknya dengan bibir dan giginya.
“Ruuuudddd…
kamu hebat Sayang… ouuhh… terus… ouuff… Rudy. Ssshh… yaahh… teruss… Sayang..”
Kembali
ke itil Meti, bibir Rudy mulai menghisap itil Meti di dalam mulutnya, sambil
diemut-emut seperti layaknya ngemut permen. Itil yang ada di dalam mulut Rudy
itu diemut dengan lembut sementara lidahnya memainkannya di dalam nonok Meti.
“Yahh
teruss… hisap itilku…!!! Ouuff… ssshhh… yang kuat Rud. Terus… yahh terus…
oouuhh Rudy… aku belum pernah merasakan jiltan seenak ini. Aduuhh… pintar
banget sih kamu Rud… Ooohhhh… Mmmmmm…” rintih Meti yang seperti memberi
semangat buat Rudy untuk terus menjilati dan menghisap itilnya lebih kuat.
Tubuh
Meti berkelonjotan ke sana ke mari, sementara jari-jarinya menjambak rambut
Rudy, dan lidah Rudy pun makin ganas dan liar menghisap dan mengemut itilnya,
tiba-tiba,
“Sruutt…
sruutt… gleekk… sruutt… sruutt…” mulut Rudy dibanjiri lendir yang begitu
banyaknya yang keluar dari nonok Meti.
Rudy
tidak mampu lagi menghindarinya karena Meti bukan lagi menarik-narik rambut
Rudy, tapi membenamkan wajah Rudy kuat-kuat di lubang nonoknya dengan menekan
kuat kepala Rudy pada selangkangannya, sementara kedua pahanya menjepit kuat
kepala Rudy.
“Teruss…
Sayang… aahh… Oouuhh… eeeesshh… nikmat sekali… esstt.. ouuff…”
“Sreett…
seeerr… seerrtt… glekk. seerr… seerr… gllekk..” mau tidak mau lendir yang
disemburkan dari lubang nonok Meti itu ditelan oleh Rudy, karena kepala Rudy
oleh Meti dibenamkan kuat-kuat di liang nonoknya serta dijepit dengan kuat oleh
kedua pahanya.
Entah
sudah berapa kali Meti menyemburkan lendir kenikmatan yang keluar membanjiri
masuk ke dalam mulut Rudy. Dan entah berapa kali Rudy menelannya. Karena setiap
Rudy mengisap itil Meti, saat itu pula lendir nonoknya menyembur kuat masuk ke
dalam mulut Rudy dan terus masuk ke dalam kerongkongan Rudy yang berarti
otomatis tertelan oleh Rudy.
Tapi
ternyata Rudy begitu menyukai rasa lendir yang dikeluarkan oleh nonok Meti
tersebut, Rudy jadi malah tambah bernafsu untuk menghisap habis lendir yang
terus membanjiri di dalam mulutnya.
Aroma
lendir yang keluar dari nonok Meti ini menambah gairahnya untuk tambah
menyodok-nyodokkan kontolnya kedalam nonok Heni dan hal ini diimbangi Heni
dengan menaik turunkan pantatnya sehingga kontol Rudy keluar masuk nonoknya.
“Ohh…,
enakk sayang…, sodok yang kuat sayang…!” desah Heni.
Setelah
mendapatkan orgasmenya, perlahan-lahan tubuh Meti melemas dan jepitan pahanya
pada kepala Rudy pun mengendor kemudian dia merebahkan tubuhnya di samping
tubuh Rudy. Dengan kontol masih tetap menancap di dalam nonok Heni, Rudy
membalikkan posisi sehingga kini tubuhnya diatas tubuh Heni. Kemudian dengan
bersemangat dia menghujamkan dalam-dalam kontolnya kedalam nonok Heni. Dan Heni
pun menyambut dengan mengangkat pantatnya sambil menggoyangkan bokongnya.
Sementara
itu Asti yang menyaksikan pergumulan antara Rudy dan Heni sama sekali tak
menyangka bahwa Heni bukan saja dapat mengimbangi permainan Rudy tapi juga
dapat mengimbangi kekuatan Rudy.
“Kamu
hebat sekali Hen, dapat mengimbangi keperkasaan Rudy.” Puji Asti pada Heni.
Pergumulan
Rudy dan Heni kini telah berlangsung selama setengah jam namun belum ada
tanda-tanda pertahanan keduanya akan bobol. Hanya keringat saja yang meleleh
dari kedua tubuh tersebut. Akhirnya setelah pergumulan itu berlangsung empat
puluh lima menit barulah tampak tanda-tanda pertahanan Heni mulai goyah.
“Oukh…
Ruuuuud…! Tusuk yang kuat sayang… terus sayang… Aku… aku… mau… keluarrrrr…
Aaaaaahhhhh…!!!!!!” tubuh Heni yang menelentang dibawah tubuh Rudy
berkelojotan.
Kepalanya
terhempas kesana kemari sambil tangannya merangkul erat-erat tubuh Rudy. Rudy
menghujamkan kuat-kuat kontolnya kedalam nonok Heni sehingga batang kontolnya
amblas sedalam-dalamnya didalam nonok Heni. Heni merima sodokan tersebut dengan
mengangkat bokongnya. Dan,
“Sreett…
seeerr… seerrtt… seerrr… seeeeeerrrrr… sretttt…” nonok Heni berdenyut-denyut
menyemburkan lendir orgasmenya.
“Aaaaahhhhh…
Ruuuuudddd… aku keluarrrrrrr… Oukh…”
Bersamaan
dengan itu, “Croot… crott… crott… croooooottttt…” kontol Rudy menyemprotkan
pejuhnya yang sangat banyak memenuhi rongga dalam nonok Heni.
Kali
ini Rudy tidak kuasa untuk menahan agar pejuhnya tidak keluar dulu, pertahanan
Rudy pun bobol akibat nikmatnya empotan nonok Heni yang bagai meremas, menyedot
dan memijit kontolnya.
Dalam
rentang waktu yang telah diarungi mereka berempat, Rudy telah memberi kepuasan
pada dua orang perempuan. Perempuan pertama adalah Meti yang mendapat kepuasan
akibat permainan lidah Rudy pada nonoknya. Sedangkan perempuan kedua yang
berhasil dipuaskan oleh Rudy adalah Heni. Heni mendapatkan kepuasan akibat
dientot kontol Rudy yang besar dan panjang.
Rudy
melorot dari tubuh Heni dan terlentang disamping perempuan yang lemas habis
dientoti tersebut. Sedangkan Asti yang dari tadi menyaksikan pergumulan yang
penuh birahi, baik antara Rudy dan Meti maupun Rudy dan Heni, sedari tadi
mengharapkan agar pergumulan tersebut cepat selesai sehingga dirinya dapat
segera menikmati kon tol Rudy yang gede dan panjang tersebut memuasi dirinya.
Melihat
kedua temannya telah terkapar lemas, Asti telentang disamping Rudy. Ia
mengangkangkan pahanya lebar-lebar, memperlihatkan belahan nonoknya yang telah
mekar tersebut. Asti sudah tidak sabar pingin buru-buru nonoknya ditimpa kontol
Rudy.
“Rudy…!
Ayo dong Rud…! Sekarang giliran aku nih kamu entot… Rud! Udah gatel nih nonokku
pingin digaruk sama kontolmu…” ujar Asti sambil mengusap-usap belahan nonoknya
yang sudah mekar dan basah akibat nafsu birahinya yang sudah memuncak.
“Sabar
Mbak, aku… aku capek sekali…! ujar Rudy sambil menarik nafas panjang.
Rudy
memang capek sekali setelah mengelami pertempuran yang panjang melawan Heni.
Kali ini Rudy baru menemukan lawan yang sebanding. Heni benar-benar telah
menguras tenaga Rudy.
Rupanya
Asti yang sudah benar-benar dalam birahi tinggi tidak mau menerima alasan Rudy.
“Kamu
sih terlalu lama ngentoti Heni?! Dan lagi kamu juga serakah atas bawah main…”
maksud Asti, bagian bawah Rudy yakni kontolnya mengerjai nonok Heni sedangkan
bagian atas Rudy yakni mulutnya mengerjai nonok Meti.
“Ayo
Rud…! Cepetan aku sudah kepingin dientot sama kamu nikh! Lihat nikh nonokku
sudah mekar begini. Kalau kamu biarkan terus begini, aku bisa mati menahan
birahi.” Asti terus merengek-rengek agar Rudy segera menimpanya.
Walaupun
Rudy masih merasa capek, tetapi karena kasihan sama Asti yang sudah kepingin
sekali ditimpa olehnya maka Rudypun bangun dari berbaringnya dan merangkak
diatas tubuh Asti yang sudah siap menerimanya. Rudy menggosok-gosokkan kepala
kontolnya dibelahan nonok Asti.
“Rud…
Aku sudah tidak tahan lagi. Masukin kontolmu Rud. Ohhh… sekarang juga Rud…!
Sshhh…”
Rudy
pun kemudian menempatkan kontolnya sebaik-baiknya agar posisinya tepat diatas
lubang nonok Asti. Lalu ditekannya kontolnya kedalam nonok Asti yang disambut
oleh Asti dengan mengangkat bokongnya. Dan… blessss… melesaklah kontol Rudy
yang bukan main besarnya itu kedalam nonok Asti sampai Asti tersendat.
“Auwwww
Rud… shhhhh… enak Rud… shhhh…,” Asti mendesah sambil merem-melek menikmati
tusukan kontol Rudy.
“Ayo,
Rud… dienjot keluar masuk… jangan ragu-ragu Rud… Tancap… egh…! Ssshhh… mmmm…
ehg…!”
Rudy
pun mengayun-ayunkan pantatnya sehingga kontolnya yang luar biasa gedenya itu
menghujam bertubi-tubi ke belahan nonok Asti.
“Ouuhhh
Rud, nikmatnya, batang kontolmu udah gede panjang lagi, masuknya dalem banget
nonokku sampe sesek rasanya”, kata Asti.
“Tapi
enakkan”, jawab Rudy.
“Enak
banget Rud, sekarang enjot yang keras Rud! Biar tambah nikmat”, kata Asti lagi.
Rudy
masih dengan pelan-pelan mengenjotkan kontolnya keluar masuk nonok Asti.
Sewaktu kontolnya ditarik keluar, yang tersisa di nonok Asti hanya tinggal
kepalanya saja, kemudian dienjotkan kedalam nonok Asti sekaligus sehingga
kontolnya nancap dalam-dalam di nonok Asti.
“Enak
Rud, kalo dienjot seperti itu, yang cepat Rud”, rengek Asti lagi sambil terus
mengempot-empotkan otot nonoknya.
Rudy
pun menjadi belingsatan karena remasan otot nonok Asti sehingga enjotannya
menjadi makin cepat dan makin keras.
“Gitu
Ruuuuud, aduh enak banget Ruuuud, terus Rud, terasa banget gesekan kontolmu ke
nonok Mbak, nancepnya dalem banget lagi, terus Rud, yang cepat”, kata Asti
terengah-engah keenakan.
Rudy
mempercepat enjotan kontolnya dengan cara yang sama, kalo ditarik tinggal
kepalanya saja dan terus dienjotkan kembali kedalam dengan keras. Cara ngenjot
seperti itu membuat Asti menjadi semakin liar, pantatnya menggelinjang saking
nikmatnya dan Asti terus merintih kenikmatan sampai akhirnya dia tidak dapat
menahan lebih lama,
“Ruuuud…
gak tahan lagi Rud, aku nyampe Rud, aaaaakkhh…!”, jerit Asti.
Terasa
oleh Rudy nonok Asti berkedut-kedut kuat sekali meremas kontolnya yang masih
keras itu. Tubuh Asti mengejang. Dengan nafas yang terengah-engah, Asti memeluk
tubuh Rudy erat-erat sementara kontol Rudy masih tetep nancep di nonoknya. Asti
menikmati enaknya orgasme oleh enjotan kontol Rudy. Rudy menahan gerakan
kontolnya di dalam nonok Asti. Rudy membiarkan Asti menikmati orgasmenya yang
sudah lama ditahan pelan-pelan tubuh Asti lunglai, lemas. Sehingga pelukannya
pun makin melemah.
Meti
yang birahinya naik kembali karena menyaksikan adegan persetubuhan antara Rudy
dan Asti sedari tadi mengharapkan agar Asti segera nyampe. Maka begitu Asti
telah mencapai puncak orgasmenya dan perlawanan Asti mulai melemah, Meti
buru-buru menarik pantat Rudy sehingga mau tidak mau kontol Rudy copot dari
nonok Asti.
“Ayo
Rud! Gantian aku dong dari tadi kan nonokku belum merasakan kontolmu.” Kata
Meti sambil menunggingkan bokongnya.
Meti
pingin ditusuk Rudy dari belakang. Dan Rudypun mulai menyelipkan kepala
kontolnya yang masih berlepotan dengan lendir dari nonok Asti ke celah di
antara bibir nonok Meti.
“Argh,
aarrgghh… Rud!” rintih Meti.
Rudy
menarik kontolnya perlahan-lahan, kemudian mendorongnya kembali perlahan-lahan
pula. Bibir luar nonok Meti ikut terdorong bersama kontol Rudy. Perlahan-lahan
Rudy menarik kembali kontolnya dan bertanya
“Enak
Mbak?”.
“Enaaaaak
banget Rud”, jawab Meti.
Rudy
mengenjotkan kontolnya dengan cepat sambil meremas bongkah bokong dan juga susu
Meti.
“Aarrgghh…
Rud!” rintih Meti ketika kontol Rudy kembali menghunjam nonoknya.
Walaupun
nonoknya telah beberapa kali dimasuki oleh kontol lelaki, tapi nonoknya terasa
sesek saat kemasukan kontol Rudy yang besar dan panjang itu. Rudy memegang
pinggul Meti dengan erat dan kontolnya keluar masuk nonok Meti dengan cepat dan
keras.
“Ouuuhhhh
Rud…, aku mau nyampe Rud”.
“Sama
Mbak aku juga mau. Kita barengan ya Mbak”, kata Rudy sambil mempercepat
enjotannya.
“Ruuuuuud!
Aku nyampe Rud, aakh…”, jerit Meti saking nikmatnya.
Nonok
Meti mengejang-ngejang ketika dia mendapatkan orgasmenya. Rudy merasakan nikmat
pada kontolnya akibat empotan nonok Meti tersebut sehingga dia tidak bisa lagi
menahan pejuhnya agar tidak bobol.
“Akh
Mbak, aku nyemprot Mbak, aaakh…”, Rudy mengerang saat kontolnya menyemburkan
pejuhnya beberapa kali di nonok Meti.
Dengan
nafas yang terengah-engah dan badan penuh dengan keringat, Rudy mendekap tubuh
Meti dari belakang sementara kontolnya masih tetep nancep di nonoknya. Rudy dan
Meti menikmati enaknya nyampe. Setelah gak ngos-ngosan, Rudy mencabut kontolnya
dari nonok Meti. Kontolnya berlumuran lendir nonok Meti dan pejuhnya sendiri.
Dengan sisa–sisa tenaganya dia membaringkan tubuhnya diantara tubuh Heni dan
Asti yang terkapar lemas setelah puas mencapai puncak kenikmatan.
Begitulah
Rudy ganti berganti telah memuaskan nafsu ketiga perempuan cantik itu hingga
mereka benar-benar puas. Rudy meninggalkan mereka bertiga dengan tubuh lunglai
ketika matahari hampir tenggelam. Berjam-jam lamanya dia telah memeras tenaga
memuaskan nafsu ketiga perempuan tersebut dan dirinya pun mendapat kepuasan
dari ketiganya. Ada rasa bangga dalam dirinya ketika dia berhasil memuaskan
mereka.
Kini
empat perempuan sudah berhasil ditaklukkan oleh Rudy. Mula-mula Yayuk, lalu
Meti dan Asti, akhirnya Heni. Namun diantara keempat perempuan itu, Rudy harus
mengakui bahwa Yayuk berada diurutan teratas dari keempatnya. Mulai dari
bentuknya, nonok Yayuk lebih bagus. Jembutnya lebih lebat namun tertata rapi,
Yayuk betul-betul mengurus jembut hitam dan lebatnya tersebut, sehingga kesannya
tambah merangsang dan tidak jorok. Bentuk belahan nonok Yayuk juga paling bagus
diantara keempatnya.
Mengenai
rasa, nonok Yayuk juga berada diurutan paling atas diantara keempatnya. Nonok
Yayuk memiliki empotan yang ternikmat. Dinding dinding nonoknya bagaikan hidup,
memijit dan meremas-remas batang kontol yang masuk kedalamnya. Dan seakan-akan
dinding nonoknya punya perekat, sehingga waktu ditusuk dan ditarik seakan-akan
ikut terus melekat. Kelebihan nonok Yayuk lainnya adalah walaupun nonoknya
sudah banjir tetapi masih tetap enak ditimpa bahkan semakin enak. Sehingga
walaupun ditimpa terus menerus tidak memberikan rasa bosan.
Sedangkan
terhadap ketiga perempuan lainnya, satu sama lain punya kelebihan dan
kekurangan yang berimbang. Heni memiliki daya tahan yang kuat. Walaupun
nonoknya dienjot habis-habisan ia tetap bisa bertahan. Meti memiliki goyangan
yang maut banget. Kalau saja bukan Rudy yang digoyang pasti sudah KO duluan
dalam beberapa kali goyangan saja. Sedangkan Asti, nonoknya lebih legit ketimbang
dua temannya tersebut. Dan lubang nonoknya dalam sekali, sehingga walaupun
nonoknya telah banjir, namun nonoknya masih terasa enak.
Menyetubuhi
keempat perempuan tersebut bagi Rudy memang sangat menyenangkan. Keempatnya
memiliki ekpresi yang berlainan saat disetubuhi.
Yayuk
sifatnya yang keibuan selalu memberikan kasih sayang dalam setiap dekapannya.
Dan dalam mengekspresikan puncak kenikmatan yang didapat pun Yayuk lebih tenang
dan tidak liar. Sehingga Rudy selalu merasa nyaman bercumbu dengannya. Meti, perempuan
yang semula lemah lembut itu jika disetubuhi akan berubah menjadi beringas.
Napasnya mendengus-dengus dan ketika mencapai puncak selalu menghujamkan
kukunya kuat-kuat dipunggung lelaki yang menggaulinya. Heni, napasnya napas
kuda. Dari awal dientot hingga akhir tetap sama. Nonoknya yang lebih mungil
dibanding Meti dan Asti tetap stabil mengurut-urut kontol cowok yang
menggaulinya. Asti, saat akan mencapai puncak kenikmatan merengek-rengek dan
meronta-ronta seperti sapi disembelih. Tubuhnya berkelejotan saat menikmati
puncak orgasmenya.
Sedangkan
bagi Meti, Asti dan Heni, sosok Rudy sangat berkesan bagi mereka. Rudy, pemuda
perkasa yang memiliki kontol yang gede dan panjang itu telah memberikan sensasi
persetubuhan yang belum pernah mereka rasakan dari cowok-cowok lain yang pernah
menggauli mereka. Bagi mereka Rudy memiliki banyak kelebihan. Dari segi
stamina, Rudy memiliki stamina yang luar biasa prima. Dari segi kemaluan, Rudy
memiliki kontol yang luar biasa gede, panjang dan kalau sudah ngaceng tegangnya
minta ampun kerasnya. Dari cara menggauli lawan jenisnya, Rudy mempunyai banyak
variasi permainan. Sehingga bagi cewek yang belum berpengalaman, sekali
ditancap kontol Rudy, pasti langsung bobol dan akan ketagihan untuk terus,
terus dan terus merasakan enaknya dientot kontol Rudy. Seperti juga yang
dirasakan oleh Meti, Asti dan Heni yang selalu ketagihan untuk bisa mengulangi
untuk dientot oleh Rudy.
Begitulah
Rudy, ia disenangi oleh ketiga perempuan tersebut. Ia mampu menaklukkan
perempuan-perempuan tersebut dan iapun mampu memuaskan mereka. Kini Rudy telah
menjadi pemuda yang disenangi oleh wanita terutama bagi wanita yang telah
merasakan keperkasaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar